Mohon tunggu...
Sutomo Paguci
Sutomo Paguci Mohon Tunggu... Pengacara - Advokat

Advokat, berdomisili di Kota Padang, Sumatera Barat | Hobi mendaki gunung | Wajib izin untuk setiap copy atau penayangan ulang artikel saya di blog atau web portal | Video dokumentasi petualangan saya di sini https://www.youtube.com/@sutomopaguci

Selanjutnya

Tutup

Politik

Para 'Kuda' di Pilkada Jakarta

8 Juli 2012   03:16 Diperbarui: 25 Juni 2015   03:11 724
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_186721" align="aligncenter" width="450" caption="Ilustrasi (Shutterstock.com)"][/caption] Dalam kontestasi Pilkada DKI Jakarta 2012 ada tiga "pasangan kuda". Kuda Biru dialah Foke-Nara. Kuda Hitam dialah Faisal-Biem. Dan Kuda Putih dialah Hidayat-Didik. Jika tidak pandai-pandai para kuda ini akan diperkuda jabatan andai kelak terpilih. Foke adalah calon incumbent. Warnanya sudah terang dan jelas. Biru. Sesuai gambar partai dominan yang mendukungnya. Foke-Nara tak perlu pusing-pusing memikirkan warna apa, warnya sudah terang benderang. Orang-orang banyak yang bilang pasangan Jokowi-Ahok adalah kudah hitam. Saya tak sepakat. Pasangan ini memang punya partai pengusung berwarna dominan merah moncong putih. Namun demikian warna kuda pasangan ini tidak jelas. Ke atas sekali belum bisa, karena masih dikalahkan Foke--setidaknya demikian kata survei politik. Sedangkan ke bawah sekali juga tak kena, karena hasil survei selalu menempatkan pasangan ini nomor dua dibawah Foke-Nara. Pasangan kuda hitam yang paling pas disematkan pada Faisal-Biem. Mereka sama sekali tidak diperhitungkan lawan-lawan dan sebagian pengamat. Padahal, gerakan pasangan ini sangat masif diam-diam hingga ke pelosok kampung dengan pakaian kesederhanannya. Visi dan misinya juga sangat bagus. Yang lebih istimewa mereka adalah pasangan independen yang tak akan berutang apa-apa pada partai politik. Memang, pasangan Faisal-Biem miskin pengalaman, seperti selalu dibilang banyak orang. Akan tetapi, untuk menjadi gubernur dan wakil gubernur yang hebat, tidak perlu pengalaman jadi gubernur dan wakil gubernur terlebih dahulu. Sebab, tugas-tugas teknis bukan dilaksanakan oleh gubernur melainkan oleh sekretaris daerah (sekda), asisten, kepala dinas, walikota, camat, dan lurah. Gubernur dan wakil gubernur hanya memberi visi, inspirasi, fasilitasi dan dorongan bagi warga berdaya bareng-bareng. Sementara, pasangan Hidayat-Didik adalah kuda putih. Mengapa kuda putih? Sekalipun mereka bukan incumbent, tapi warnanya juga demikian sudah jelas. Pasangan ini tidak perlu kampanye pun sudah hampir bisa dipastikan dapat suara dari para keluarga kader partai pengusungnya yang terkenal militan dan kompak. Kepastian perolehan suara pasangan Hidayat-Didik bahkan mengalahkan Foke-Nara. Kita tahu, pasangan Foke-Nara lebih mengandalkan sentimen birokrasi dan ke-Betawi-an. Beberapa jurus ala birokrasi Foke sudah terendus lawan, sampai-sampai ketua wasit pilkada kena sanksi.[]

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun