Mohon tunggu...
Sutomo Paguci
Sutomo Paguci Mohon Tunggu... Pengacara - Advokat

Advokat, berdomisili di Kota Padang, Sumatera Barat | Hobi mendaki gunung | Wajib izin untuk setiap copy atau penayangan ulang artikel saya di blog atau web portal | Video dokumentasi petualangan saya di sini https://www.youtube.com/@sutomopaguci

Selanjutnya

Tutup

Politik

Berdagang dengan Israel

12 Juni 2012   23:31 Diperbarui: 25 Juni 2015   04:03 353
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Jepang hancur lebur pasca Perang Asia (Dai Toa Senso) tahun 1945. Suatu hari saat selamat dari pengeboman, yang pertama kali ditanyakan Kaisar Hirohito (1901-1989 M) kepada pembantunya waktu itu adalah, berapa jumlah guru dan sekolah yang tersisa. Alih-alih mengeluarkan umpatan dan kebencian kepada AS dan sekutu yang telah mengalahkan Jepang, Kaisar memulai bangkit dengan mengais kekuatan dari dalam.

Kaisar segera mengambil kebijakan mengirim beribu-ribu pemuda-pemudi cerdas ke Eropa dan Amerika. Berguru kepada negara-negara yang mengalahkannya.

Tak menunggu lama. Pada tahun 1960-an atau hanya dalam tempo 15 tahun saja, Jepang sudah memetik hasilnya. Fase awal negara Industri telah dimulai.

Sama dengan kita. Jika mau bangkit mengapa tak berhenti mengumpat atau mengutuk AS, Yahudi, Fremasonry, dst. Berhenti memposisikan diri teraniaya konspirasi Yahudi dan Freemasonry, AS dan antek-anteknya. Ganti mengakui dengan jujur bahwa kita kalah segala-galanya dengan dunia barat dan Yahudi.

Seperti halnya Jepang pasca Perang Dunia II. Mengapa kita tidak merangkul dan berguru pengetahuan, teknologi dan perdagangan pada  Israel? Gus Dur dulu pernah mewacanakan untuk membuka hubungan dagang langsung dengan Israel, tidak seperti sekarang melakukan hubungan dagang dengan Israel tapi melalui perantaraan Singapura, he-he-he 'kan sama saja hitungannya tapi lebih tidak ekonomis.

Harus dipisahkan antara aspek ekonomi dan bisnis dengan aspek agama dan ideologi dalam politik luar negeri. Secara politik, Israel memang menganut paham Zionisme yang tak berprikemanusiaan terutama kepada Palestina. Tetapi, secara ekonomi, Israel melalui lobi Yahudi-nya harus diakui sebagai negara dengan kekuatan jaringan dan lobi internasional yang kuat. Tidak melihat kecil negaranya, seperti selalu didengungkan Hidayat Nur Wahid dkk, akan tapi melihat kekuatan jaringan dan lobi internasional Israel dan Yahudi yang sedikit banyak berpengaruh dalam percaturan ekonomi global.

Dan toh, pasca berakhirnya Perang Dingin (1947-1991 M), titik tekan hubungan internasional telah bergeser dari aspek ideologi ke ekonomi. Jika kita bisa berhubungan dengan AS yang menghancurleburkan Irak dan Afganistan, dan kita juga berhubungan dengan Miyanmar yang melanggar hak asasi dan demokrasi warganya, serta kita juga berhubungan dengan Korea Utara yang komunis...mengapa hal yang sama tidak dilakukan pada Israel?[]

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun