Mohon tunggu...
Sutomo Paguci
Sutomo Paguci Mohon Tunggu... Pengacara - Advokat

Advokat, berdomisili di Kota Padang, Sumatera Barat | Hobi mendaki gunung | Wajib izin untuk setiap copy atau penayangan ulang artikel saya di blog atau web portal | Video dokumentasi petualangan saya di sini https://www.youtube.com/@sutomopaguci

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Sengketa Berujung Wisata

29 April 2012   04:17 Diperbarui: 25 Juni 2015   05:59 278
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Artikel ini adalah sisi lain dari tulisan sebelumnya mengenai sengketa warga peladang Kelurahan Bungus dengan Pemko Padang dan TNI Kodim 0312 Padang yang membangun jalan tembus Indarung-Bungus, Padang, sepanjang 13,6 km dengan lebar 36 meter, dalam apa yang disebut proyek Tentara Manunggal Membangun Desa (TMMD). [caption id="attachment_174259" align="alignright" width="300" caption="Pohon petai menjulang. Suasana pagi."][/caption] Warga yang tanahnya dilalui proyek TMMD tersebut menuntut ganti rugi terutama tanaman yang ditumbangkan berupa durian, karet, pisang, jengkol, petai, pala, dan lain-lain. Tapi Pemko Padang tidak mau mengganti rugi dengan alasan tidak ada anggarannya dalam APBD. Entah siapa yang memulai, sekarang bakal jalan TMMD tersebut menjadi tujuan wisata warga tepian Kota Padang meliputi Indarung, Bandar Buat, Lubek dan Limau Manis. Terutama hari libur seperti hari Sabtu dan Minggu, ramai sekali pengunjung datang ke mendaki menyelusuri bakal jalan sampai ke puncak Bukit Tarantang. Mirip pasar. Warga terlihat berbondong-bondong datang, ada yang sendirian, berkelompok, mengajak anak-anak dan istri, bahkan tak kurang beberapa nenek-nenek nekat ngos-ngosan mendaki tanjakan ekstrim ini. Umumnya berjalan kaki. Ada juga sebagian yang bersepeda. Kebetulan proyek TMMD ini dekat dengan jalurku meraton, jadi iseng-iseng lihat dan foto-foto aktifitas warga di objek wisata dadakan tersebut. Dari puncak Bukit Tarantang yang dialui Proyek TMMD ini, pemandangannya memang spektakuler. Kota Padang seperti terhampar nun di bawah sana, mirip kuali raksasa, sehingga jadi terpikir bagaimana jadinya seandainya kota ini disapu tsunami. Nauzubillah minzalik. [caption id="attachment_174263" align="aligncenter" width="300" caption="Kota Padang dari puncak Bukit Tarantang di pagi hari"]

13356722311628104748
13356722311628104748
[/caption] Oh, ya, yang ngeri lihat nenek-nenek dan anak-anak balita terpengkor-pengkor menuruni jalan curam hampir 65 derajat. Memang, ketika berjalan naik tanjakan umumnya terasa mendingan, walau tetap sangat capek. Yang paling terasa capek dan pegal adalah saat jalan menurun. Otot kaki dimakannya.

[caption id="attachment_174253" align="aligncenter" width="300" caption="Pengunjung. Tanaman warga belum diganti rugi."]

1335669667502733291
1335669667502733291
[/caption] Ada lagi fakta menarik. Sudah jadi bakat orang Padang untuk berdagang sesuai pepatah "dima bumi dipijak, di sinan aden manggaleh" (dimana bumi dipijak, di sana saya jualan). Ya, karena pengunjung ramai dari pagi sampai sore, sebagian warga mencoba peruntungan berjualanan makanan dan minuman ringan.

[caption id="attachment_174258" align="aligncenter" width="300" caption="One-one berjualan"]

13356706342096818969
13356706342096818969
[/caption] Entah bagaimana proyek jalan TMMD ini kelak difungsikan jika melihat betapa ekstrimnya tanjakan dan penurunannya. Bahkan lebih ekstrim dari tanjakan di Sitinjau Laut yang menghubungkan Padang - Solok. Niat awalnya sebagai jalan lingkar, semacam jalan pintas dari arah Indarung ke Bungus dan Teluk Bayur. Nyatanya, medan jalannya lebih berat dari jalur yang biasa yakni Indarung-By Pass-Teluk Bayur-Bunggus. Jalan TMMD ini sangat ekstrim: menanjak, datar, menurun, menanjak lagi, demikian seterusnya sampai ke Bungus. [caption id="attachment_174261" align="aligncenter" width="300" caption="Curam hampir 65 derajat"]
1335671583442919024
1335671583442919024
[/caption]

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun