Mohon tunggu...
Sutomo Paguci
Sutomo Paguci Mohon Tunggu... Pengacara - Advokat

Advokat, berdomisili di Kota Padang, Sumatera Barat | Hobi mendaki gunung | Wajib izin untuk setiap copy atau penayangan ulang artikel saya di blog atau web portal | Video dokumentasi petualangan saya di sini https://www.youtube.com/@sutomopaguci

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Kabut Asap di Sumbar Mulai Berdampak Serius

13 Maret 2014   20:30 Diperbarui: 24 Juni 2015   00:58 1333
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="" align="aligncenter" width="650" caption="Kabut asap di Kelurahan Tarantang, Padang, Selasa (11/3/2014), pukul 6.30 Wib. Jarak pandang sekitar 800 meter"][/caption] Seminggu terakhir kabut asap di Padang makin pekat. Penulis coba lari pagi tanpa masker dan bau asap sudah tercium, seperti bau daun terbakar, mengakibatkan nafas sesak dan cepat letih. Dikutip dari harian Padang Ekspres (11/3/2014), kadar partikel asap di Padang sudah mencapai 219 UG (normal 150 UG) dalam seminggu terakhir. Sedangkan Indeks Standar pencemaran Udara (ISPU) di pusat-pusat daerah kebakaran lahan, seperti Bengkalis dan Duri, Riau, sudah mencapai angka 375-500 atau sudah tingkat membahayakan kesehatan. Kabut asap di Padang seminggu sebelumnya memang belum menganggu aktifitas keseharian warga. Jadwal penerbangan di Bandara Internasional Minangkabau (BIM) masih seperti biasa. Kantor-kantor pemerintah masih buka seperti biasa, sekalipun sudah ada wacana untuk diliburkan. Beberapa warga yang melintas di jalananan dengan kesadaran sendiri memakai masker. [caption id="" align="aligncenter" width="650" caption="Pemandangan di Teluk Bayur, Padang, Sabtu (8/3/2014), pukul 07.00 Wib"][/caption]

Namun mulai hari ini, Kamis (13/3/2014) beberapa sekolah di Kota Padang memutuskan meliburkan aktifitas belajar mengajar siswanya. Beberapa PAUD, TK, SD swasta dan negeri di Padang memutuskan meliburkan siswanya mulai hari ini hingga dua hari ke depan. Sebut saja TK dan SD Semen Padang yang mulai meliburkan siswanya hingga empat hari ke depan. Di Kota Payakumbuh, Kabupaten Limapuluh Kota, Sumbar, dikabarkan siswa sudah diliburkan sejak seminggu yang lalu.

Kabut asap yang berasal dari provinsi tetangga, Riau, dinilai sudah membahayakan kesehatan. Terkait hal ini Gubernur Sumbar Irwan Prayitno sudah melayangkan surat kepada Gubernur Riau untuk mengambil tindakan yang cepat.

Terhitung Rabu (12/3/2014) kemaren, Pemerintah Provinsi Sumbar menetapkan siaga darurat asap, karena dampak asap sudah berpengaruh terhadap masyarakat dan sektor transportasi. Diberitakan, hari Rabu (12/3/2014) terjadi lima pembatalan dan tiga penundaan penerbangan pesawat di Bandara Internasional Minangkabau (BIM), Padang Pariaman, Sumbar.

[caption id="" align="aligncenter" width="650" caption="Pemandangan langit Padang, Kamis (13/3/2014) pukul 8.00 Wib. Kabut makin pekat!"][/caption] Terlihat dari foto di atas, biru langit di atas Kota Padang seperti biasanya tak terlihat lagi, tertutup kabut asap. Matahari kelihatan kecil, berwarna kuning pucat. Suasana siang hari menjadi sedikit redup karena sinar matahari tak sampai langsung ke bawah. Udara terasa pengab dan gerah. Beberapa warga menuturkan mengurangi aktifitas olah raga di luar ruangan karena takut terkena ISPA. Kabut asap demikian makin menjadi-jadi dikarenakan sebulan terakhir kota Padang jarang diguyur hujan. Sungai-sungai mulai mengering. Angin pun kurang terasa berhembus sehingga asap seperti terkurung di kota ini, dari pagi hingga malam. [caption id="" align="aligncenter" width="650" caption="Sungai Batang Kuranji, Padang, mulai mengering karena kemarau. Terlihat kabut asap cukup pekat. Foto diambil Kamis (13/3/2014) pukul 06.15 Wib."][/caption] Menjadi pertanyaan, sampai kapan peristiwa kabut asap tahunan ini akan terus terjadi? Kelihatan tidak ada tindakan nyata dan sistematis dari pemerintah untuk menghentikan bencana lingkungan yang dahsyat ini. Setiap tahun terjadi kabut asap, pemerintah bertindak layaknya "pemdam kebakaran", tim dibentuk, para pembakar diusut, dst. Namun peristiwa serupa kembali terulang di tahun-tahun berikutnya. Menghirup kabut asap dan sesak nafas dibuatnya membuat penulis dapat merasakan kejengkelan warga negara tetangga seperti Malaysia dan Singapura. Betapa kabut asap ini memang sangat menganggu dan menjengkelkan. (Sutomo Paguci)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun