Mohon tunggu...
Sutomo Paguci
Sutomo Paguci Mohon Tunggu... Pengacara - Advokat

Advokat, berdomisili di Kota Padang, Sumatera Barat | Hobi mendaki gunung | Wajib izin untuk setiap copy atau penayangan ulang artikel saya di blog atau web portal | Video dokumentasi petualangan saya di sini https://www.youtube.com/@sutomopaguci

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Heran, Pendidikan Sipil Bergaya Militer

2 Mei 2014   21:37 Diperbarui: 23 Juni 2015   22:56 140
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Mungkin Anda seperti Saya yang terheran-heran melihat gaya kemiliter-militeran yang ditunjukkan sekolah IPDN, STIP dan sekolah-sekolah sipil lainnya.

IPDN dan STIP sudah makan korban jiwa. Heran saja, ini sekolah kan bukan akademi militer buat lahirkan jago berperang, tapi gayanya lebih militer dari militer. Mahasiswa AKMIL saja belum terdengar sampai mati dipukuli senior.

Hei, bung, pasca reformasi 1998 adalah eranya sipil. Sekarang era sipil. Bukan lagi era militer. Militer sudah menjauh dari peran dwifungsi, kembali ke barak. Namun kenyataannya pendidikan-pendidikan sipil masih betah mempertahankan corak militer. Dengan lugunya mengira hanya militer yang bisa disiplin dan tegas.

Mau jadi apa lulusan sekolah sipil yang bergaya kemiliter-militeran demikian? Mau jadi preman berseragam? Mau jadi teroris? Bangsat! Mungkin begitu umpatan para korban dan keluarganya, setidaknya di dalam hati.

Makanya, Saya menyarankan pada adik-adik jangan pernah mau dipukuli senior, apapun alasannya. Jika tidak bisa diajak dialog ya apa boleh buat. Tantang saja duel senior itu. Satu lawan satu. Soal menang kalah nantilah. Yang penting duel dulu.

Mau lapor polisi? Lah, kampus itu area tertutup. Apa yang terjadi di dalam sulit diakses oleh pihak luar, kecuali sengaja masuk ke sana. Sebelum polisi datang bisa-bisa sudah koit duluan.

Mending duel aja jika tak bisa diajak dialog. Kalau dihajar senior ya hajar balik seniornya. Kalian kan banyak. Katakanlah bentuk pembelaan diri. Jangan diam saja kayak patung...ya mati.

Kembali ke asas. Jika pendidikan sipil demikian sudah begitu dalam berkultur militer, kekerasan, premanisme, maka masalahnya bukan lagi di person per person melainkan di sistem dan kulturnya. Karena itu, tak salah jika pemerintah membubarkan saja sekolah-sekolah bergaya preman begitu.

Selamat Hari Pendidikan Nasional. Yang Saya maksud di sini: pendidikan nasional bercorak sipil.

(Sutomo Paguci)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun