Hari ini harga BBM kan sudah turun nih. Harusnya, tarif angkutan umum otomatis turun juga. Kenyataannya, tarif angkutan umum di banyak daerah di Indonesia tidak/belum turun juga.
Berhubung tarif angkutan umum belum turun, biaya angkut barang belum turun. Imbasnya tidak ada alasan penekan bagi pedagang untuk menurunkan harga dagangannya, malahan ada alasan pembenar bagi pedagang untuk menghindar menurunkan harga.
Atas dasar itu, kali ini kita tidak bicara hal yang mendakik-dakik, mengawang-awang, dengan mengharapkan pemerintah menurunkan tarif angkutan umum. Karena pemerintah ternyata cukup bebal juga.
Nah, bukan hanya sopir angkutan umum yang bisa mogok. Warga pemakai angkutan umum juga bisa melakukan hal yang lebih kurang sama, kapan perlu lebih keras. Lintangkan saja balok kayu raksasa di hadapan angkot biar gak bisa jalan.
Jika perlu warga sweping sopir angkot yang keras tak mau inisiatif turunkan tarif angkutan, persis kelakuan sopir yang mensweping rekan sesama sopir supaya ikutan mogok. Gegara sopir mogok para pelajar tak bisa sekolah, sebagian sekolah meliburkan belajar mengajar, warga tak bisa pergi kerja, dst.
Tak sengaja siang ini saya mendengar obrolan kalangan sopir angkot di perempatan.
"Belum ada perintah turunkan tarif angkot, nih, bang."
"Iya nih. Gimana baiknya, ya, warga suka protes dikenakan tarif lama."
"Kalau saya sserahkan pada penumpang saja. Kalau jarak dekat dikasih Rp2 ribu, ya, saya terima."
(Sutomo Paguci)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H