Mohon tunggu...
Sutiono Gunadi
Sutiono Gunadi Mohon Tunggu... Purna tugas - Blogger

Born in Semarang, travel-food-hotel writer. Movies, ICT, Environment and HIV/AIDS observer. Email : sutiono2000@yahoo.com, Trip Advisor Level 6 Contributor.

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Serunya Mengunjungi Perkampungan Nelayan Cilincing

2 Agustus 2016   13:40 Diperbarui: 3 Agustus 2016   11:56 894
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kampung Nelayan Cilincing (Sumber: Jakarta Food Adventure)

“Nenek moyangku orang pelaut .. gemar mengarungi luas samudra … menerjang ombak tiada takut … menempuh badai sudah biasa”

Itulah sepenggal lagu yang kerap dinyanyikan saat saya masih belajar di Sekolah Dasar dulu. Indonesia yang pernah Berjaya di bidang maritim pada era Kerajaan Sriwijaya dan Majapahit, seharusnya kembali menekuni potensi kelautan. Untunglah presiden Republik Indonesia ke tujuh, Joko Widodo langsung menggarap potensi kelautan ini diantaranya dengan membangun dan memperbaiki transportasi laut. Hal ini sangat penting, mengingat kepulauan Indonesia terdiri dari ribuan pulau yang dipisahkan oleh laut kecil hingga samudera luas.

Adalah Jakarta Food Adventure, dalam salah satu programnya "Charity Walking Tour Goes To Cilincing” pada Minggu 31 Juli 2016 mengajak kami blusukan ke kampung nelayan di kawasan Cilincing. Meski saya sudah berdomisili lebih dari 30 tahun di Jakarta, namun belum sekalipun menginjakkan kaki di daerah paling ujung Utara dari Provinsi DKI Jakarta ini. Benar, Cilincing terletak di ujung Utara kota Jakarta, saat saya mencoba googling, fitur Google Map menunjukkan hal ini.

Berkat panduan Ira Lathief yang merupakan anak kelahiran Jakarta Utara, akhirnya saya tiba juga di titik kumpul SMK Negeri 36 Jakarta. Setelah semua peserta tour datang semua, kami memulai perjalanan menjelajah kawasan Cilincing. Tempat yang kami kunjungi pertama kali adalah Tempat Pengolahan Ikan Asin.

Tempat Pengolahan Ikan Asin

Ikan merupakan salah satu sumber kalsium di samping susu dan sayuran. Salah satu produk olahan ikan, yakni ikan asin masih menjadi lauk yang  digemari masyarakat. Produksi ikan asin saat ini  masih bergantung pada sinar matahari dalam proses pengeringannya. Meski sudah ada teknologi baru dengan penggunaan oven, namun rasa ikan asin yang dikeringkan dengan sinar matahari rasanya jauh lebih gurih dan enak.

Proses pengeringan dengan penjemuran dibawah sinar matahari sangat tergantung pada cuaca, bila cuaca cerah, maka penjemuran cepat selesai, sebaliknya bila cuaca mendung, ikan yang dijemur dapat membusuk. Ikan dari hasil tangkapan nelayan, setelah dicuci, di sortir lalu direndam dengan garam agar daging ikan lebih awet, baru kemudian di jemur.

Tempat Pengolahan Ikan Asin (Dok Pri)
Tempat Pengolahan Ikan Asin (Dok Pri)
Tempat Pengolahan Ikan Asin (TPIA) di Cilincing kebanyakan berskala rumah tangga, meski ada beberapa yang dikoordinir oleh beberapa perusahaan, berbeda dengan  TPIA Muara Angke yang jauh lebih besar dan luas dan sudah menggunakan teknologi. Sedangkan teknik pengolahan ikan asin di Cilincing bersifat tradisional, yaitu dijemur berhari-hari. Teknik pengasinan tradisional ini dipercaya menghasilkan kualitas ikan asin yang lebih baik daripada yang menggunakan teknologi modern (oven).

Unit pengolahan ikan asin di Cilincing berjumlah sekitar 30 TPIA, komoditas olahannya berupa ikan tembang, teri dan layang, yang ukurannya kecil. Dari TPIA di Cilincing ini, ikan asin didistribusikan ke berbagai wilayah di Jakarta.

Tempat Pengupasan Kerang Hijau

Kerang hijau merupakan hasil laut yang menjadi andalan sebagian besar nelayan di Cilincing. Kerang hijau diperoleh dengan cara penangkapan alami atau hasil budi daya. Teluk di sekitar Cilincing banyak dijadikan lokasi pembudidayaan kerang hijau yang dilakukan dengan teknologi sederhana. Caranya dengan menancapkan bamboo yang kokoh pada dasar perairan yang banyak ditempati kerang hijau. Setelah 5-6 bulan, barulah kerang hijau dapat dipanen.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun