"Sugeng enjing mas Joko" inilah penggalan awal isi twitter saya saat menyapa pak Joko Widodo kala masih menjadi walikota Solo maupun gubernur DKI Jakarta. Apakah sekarang setelah beliau dilantik secara resmi menjadi Presiden NKRI yang ke tujuh, saya masih boleh menyapanya dengan panggilan "mas" ?
Dua kali, saya gagal bertemu muka langsung dengan pak Joko Widodo, yang pertama di rumahnya di Solo, karena tiba-tiba beliau harus memenuhi panggilan Presiden RI SBY, sedangkan yang ke dua, saat menjelang Pilkada, beliau sudah bersedia hadir dalam salah satu acara komunitas di Jakarta, namun akhirnya gagal juga karena dipanggil pimpinan partai.
Kalau mau konsekuen, saya harus mulai menyapa dengan panggilan "Pak" karena dengan pak Jusuf Kalla saat bertemu di Istana Wakil Presiden kira-kira 5-6 tahun yang lalu, saya juga selalu menyapanya dengan "Pak".
Terlepas dari panggilan akrab di atas, saya sangat senang ketika pasangan JKW-JK berhasil memenangkan pilpres Juli 2014 lalu. Meski dengan kemenangan tipis, sehingga harus melalui proses persidangan di MK, setelah pengumuman KPU digugat oleh pesaingnya.
Manuver pak Joko Widodo menjelang pelantikan menjadi Presiden sangat patut diacungi jempol, kesederhanaannya untuk mengunjungi lawan-lawan politiknya, berhasil membuat suasana panas menjadi lebih adem. Puncaknya adalah ketika pak Joko Widodo berhasil bertemu dengan pak Prabowo Subianto tepat pada hari ulang tahun pak Prabowo sehingga menjadi titik awal menyatunya dua semangat untuk mempertahankan NKRI dan sama-sama berjuang guna memajukan NKRI.
Hari ini, 20 Oktober 2014, JKW-JK dilantik secara resmi oleh MPR RI menjadi Presiden dan Wakil Presiden NKRI setelah mengucapkan sumpah jabatannya. Artinya, mulai hari ini, beban negara yang masih carut marut jatuh ke pundak JKW-JK. Mulai dari beban subsidi BBM hingga kenaikan gaji buruh di awal 2015, mulai dari urusan pemberantasan korupsi hingga efisiensi di sektor pemerintahan dan lain-lain urusan yang sudah menunggu.
Harapan yang sangat besar dari seluruh rakyat Indonesia, baik pemilih JKW-JK maupun yang tidak memilihnya jelas mulai hari ini tertuju pada kiprah awal JKW-JK. Siang hingga malam ini, telah terjadi euphoria dari Harmoni, Monas, Bundaran HI, Jl. MH Thamrin - Sudirman, Semanggi hingga Gedung MPR / DPR dimana rakyat berpesta menyambut hari pelantikan JKW-JK. Semuanya terpantau berlangsung dengan suasana tertib, meski JKW-JK bersentuhan langsung dengan rakyat, tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan. Bahkan sampah yang dikawatirkan bertebaran di sepanjang jalur kirab, ternyata dapat diatasi dengan penempatan dan penambahan kotak-kotak sampah tambahan, dan adanya barisan penyapu sampah di bagian belakang parade.
Euphoria hari ini harus segera kita lalui, kita tidak boleh terlalu terlena, hari esok sudah menanti dengan pekerjaan rumah yang tidak sedikit. Tentunya yang paling ditunggu adalah pengumuman Kabinet yang diharapkan benar-benar akan diisi para profesional dan ditambah dari partai pendukung yang memiliki kompetensi sebagai pembantu Presiden.
Jangan pedulikan suara-suara sumbang, tetaplah berjalan pada jalan yang benar dan lurus, agar sulit bagi oposan untuk mencari kelemahan atas keputusan-keputusan yang diambil. Pertahankan terus transparansi anggaran, agar upaya untuk menjatuhkan dengan delik korupsi tidak dapat digunakan. Jalankan satu demi satu janji-janji saat kampanye yang pro-rakyat, agar rakyat senantiasa berdiri di belakangmu, meski oposan selalu menyerang secara membabi-buta.
Semoga NKRI dapat terus berbenah dengan nahkoda JKW-JK, harus ada upaya kuat dan sungguh-sungguh dari semua pihak yang mendukung setiap gerakan yang dicanangkan oleh JKW-JK. Karena dengan kebersamaaan semua pihak, keputusan yang baik akan dapat dilaksanakan dengan baik pula.
Selamat mengemban tugas mulia pak Joko Widodo dan pak Jusuf Kalla, kami rakyat Indonesia senantiasa berdiri dibelakangmu untuk mengawal NKRI ke arah yang lebih baik.
