Mohon tunggu...
Sutiono Gunadi
Sutiono Gunadi Mohon Tunggu... Purna tugas - Blogger

Born in Semarang, travel-food-hotel writer. Movies, ICT, Environment and HIV/AIDS observer. Email : sutiono2000@yahoo.com, Trip Advisor Level 6 Contributor.

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Rumah Pitung: Marunda atau Rawa Belong?

3 Agustus 2016   10:36 Diperbarui: 19 Desember 2023   07:40 288
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Rumah Pitung (Sumber: Jakarta Food Adventure)

Ketika saya diajak mengunjungi Rumah Pitung di Marunda, saya sempat bertanya, “Bukannya Pitung itu orang Rawa Belong, koq rumahnya ada di Marunda ?”. Anda juga mestinya penasaran, yuk ikuti kisah berikut ini sampai tuntas.

Perjalanan menuju Rumah Pitung di Marunda dari Cilincing  rupanya cukup sulit, karena tidak adanya papan petunjuk ke arah yang dituju. Bagi Anda yang ingin menuju Rumah Pitung, silakan dicatat koordinat GPS-nya -6.097, 106.9589 yang bisa digunakan oleh para pengguna Waze, Androis dan iOS. Yang saya ingat, setelah melewati Sekolah Tinggi Ilmu Pelayaran, belok kanan, lalu belok kiri mengikuti jalan hingga menemui jembatan beton. Parkirlah kendaraan Anda di depan empang yang cukup luas, maka Anda sudah melihat bangunan berwarna coklat yang dikelilingi tembok putih, nah itulah Rumah Pitung. Rumah Pitung tepatnya beralamatkan di Kampung Marunda Pulo, Cilincing, Jakarta Utara, dan dibuka untuk umum dari jam  08.00 – 17.00 WIB. 

Tepat di bagian atas pintu masuk, terdapat tulisan dengan warna emas “Rumah Pitung”, lalu juga terdapat papan yang menyatakan bahwa pengelolaan Rumah Pitung ini berada dibawah Museum Kebaharian.

Ternyata Rumah Pitung berupa rumah panggung, menurut penjelasan penjaga Rumah Pitung, semula rumah ini tidak berupa rumah panggung, namun karena sering terkena banjir, agar cagar budaya ini tidak rusak, maka terpaksa direnovasi dengan ditinggikan setinggi 1.5 meter. Rumahnya berarsitektur Bugis, bukan Betawi.

Rumah ini dipercaya ada kaitannya dengan Pitung seorang jagoan legendaris Betawi pada era penjajahan Belanda, namun bukan rumah tinggal tetapnya, melainkan hanya rumah tempat persinggahan saat melarikan diri dari kejaran polisi Hindia Belanda.  Pitung dan kawan-kawannya sering dikejar polisi Hindia Belanda karena sering merampok orang kaya untuk membantu rakyat miskin yang haknya dirampas oleh orang kaya. Itulah sebabnya Pitung sangat dibenci oleh orang kaya dan penguasa Belanda, namun dipuja oleh rakyat kecil.

Pitung adalah rakyat biasa kelahiran Rawa Belong dengan ayah asli Betawi Bang Piung  dan ibu wanita keturunan Tionghoa, nama sebenarnya adalah Salihoen, nama Pitung sendiri berasal dari singkatan kata Sunda “Pitulung” karena sifatnya yang senang menolong rakyat. Pada usia remaja Pitung telah berguru silat pada Haji Naipin seorang pendekar silat sakti di Kemayoran dan menguasai ilmu silat yang sangat sulit bernama Rawa Rontek atau aji pancasona, yang membuat Pitung kebal dari senjata tajam dan dapat menghilang.

Pitung akhirnya harus mati muda dalam usia 28 tahun karena pengkhianatan sahabatnya sendiri, yang memberitahukan rahasia kekebalan Pitung kepada penguasa Belanda, yaitu harus ditembak dengan peluru emas. Kuburan Pitung juga masih menjadi misteri, ada yang mengatakan kuburan Pitung berada di Kebun Jeruk, Tapos – Depok atau hutan Jatijajar – Depok, bahkan ada yang mengatakan  mayatnya harus dipisahkan agar tidak dapat menyatu dan hidup lagi.  

Rumah Pitung di Marunda ini sebenarnya milik pedagang kaya bernama H.Syarifuddin yang konon kabarnya juga pernah dirampok oleh Pitung, namun akhirnya menyadari visi Pitung sehingga akhirnya berteman baik, dan menerima Pitung untuk singgah di rumah itu.

Telusur Rumah Pitung

Ada dua tangga pada Rumah Pitung, tangga pertama di ujung kanan depan sebagai pintu masuk, dan tangga ke dua di bagian kiri belakang sebagai pintu keluar. Sebenarnya Anda dapat masuk dari mana saja, namun bila ingin melihat urutannya dengan baik, disarankan masuk dari pintu masuk.

Pada ruang depan, terdapat meja bulat dengan tiga stoples serta empat kursi rotan kuno, di bagian atasnya tergantung sebuah lampu gantung kuno. Di ujung kanan terdapat patung berbusana khas Betawi tanpa wajah. Di samping kiri dinding terdapat penjelasan kisah Pitung.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun