Mohon tunggu...
Sutiono Gunadi
Sutiono Gunadi Mohon Tunggu... Purna tugas - Blogger

Born in Semarang, travel-food-hotel writer. Movies, ICT, Environment and HIV/AIDS observer. Email : sutiono2000@yahoo.com, Trip Advisor Level 6 Contributor.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Menyaksikan Jakarta Berantakan Melalui Film Tokosatsu

10 Mei 2017   19:45 Diperbarui: 12 Mei 2017   08:26 635
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Poster film (Sumber: XXI)

Sabtu 6 Mei 2017 yang lalu, saya bersama komunitas Kompasianer penggemar film (KOMIK) telah melaksanakan acara Nonton Bareng (Nobar) film nasional yang agak unik, yakni film "Satria Heroes: Revenge of Darkness", sebuah film tokokatsu yang biasanya hanya dibuat oleh produsen film Jepang. Film aliran tokokatsu selalu menyajikan fiksi sains dengan efek visual yang canggih. Saya langsung teringat pada film-film Jepang seperti Power Rangers,Ksatria Baja Hitam (Black Kamen Rider) dan Ultraman.

Saya baru tahu bahwa ternyata film Satria Heroes ini telah lama tayang di layar televisi RCTI, maklum saya termasuk orang yang malas nonton televisi, semenjak internet mewabah, baca beritapun selalu melalui fasilitas daring. Melalui penelusuran daring, saya berhasil mengetahui bahwa film Satria Heroes yang memiliki pemeran utama Bima X pernah diputar tahun lalu. Jadi, film Satria Heroes  yang diputar sekarang, merupakan sekuel lanjutannya. Antara serial televisi dan film masih ada keterkaitan karakter dan plot cerita, misteri yang ada di serial televisi, justru dibuka di dalam film.

Duduk tenang di kursi bioskop Setiabudi XXI, saya pertama-tama agak bingung mengikuti plot cerita, namun pelan-pelan bisa memahami ceritanya juga. Tapi yang saya salut adalah pengambilan laganya, sangat hidup dan mengagumkan.

Sinopsis Film

Setelah Satria Bima X berhasil menaklukkan Vudo, maka masyarakat Jakarta dapat hidup dengan tenang.Ray (Christian Loho) dan Rena sibuk membangun dunia paralel mereka, sambil menjaga kedamaian.  Sementara sahabat Ray, Dimas (Fernando Surya) sedang asyik mengembangkan bisnisnya hingga ke Jepang. Nah, keonaran mulai muncul, saat Dimas sedang berkunjung ke Takarada Corp., Dimas diserang kekuatan jahat baru, dan menjadi salah satu korbannya. Ray yang mengetahui Dimas dalam bahaya, segera turun ke bumi untuk menyelidiki dan ternyata menemukan kota Jakarta sudah diluluh lantakkan oleh sebuah kekuatan jahat.

Sesuai ikrar untuk saling membantu dalam menumpas kejahatan yang diucapkan saat berlatih bela diri, Ray dan Dimas, maka Ray turun membantu saat mengetahui Dimas diserang kekuatan jahat ala Ninja di Jepang. Seluruh penghuni perusahaan Takarada Corp. berhasil ditundukkan oleh kekuatan jahat tersebut. Kekuatan Dimas yang mampu berubah wujud menjadi pahlawan super dengan baju zirah yang memiliki kekuatan luar biasa juga sulit mengalahkan kekuatan jahat yang kali ini berwujud sosok berbaju hitam dengan topeng emas yang selalu memegang kristal bercahaya ungu.

Dengan kekuatan batu berkekuatan tinggi dan senjata canggih yang dimiliki, para satria bertarung sengit dan berupaya keras menaklukkan kekuatan jahat. Disinilah aksi laga dan efek visual dipertunjukkan dengan sangat apik dalam film ini. Rupanya film ini merupakan karya bersama produsen Indonesia dan Ishimori Production dari Jepang. Sebagai penulis cerita Reino Barack berhasil mengemas plot cerita yang membumi dengan suasana khas Indonesia. Soundtrack film ini juga dikemas dengan apik oleh Idol Group bersama Sakur4.

 Dimas dengan baju zirah harimau, dikenal sebagai Satria Harimau Torga, sedangkan Ray dikenal dengan nama Satria Garuda Bima X. Satria Heroes, dengan wujud burung garuda dan harimau harus bertarung ketat melawan kekuatan jahat yang dikomandani oleh kekuatan super dengan sosok bertopeng besi. Dunia dalam bahaya. Gedung-gedung di Jakarta runtuh, mobil-mobil berterbangan akibat pertempuran, dan jalananpun terbelah. Pertarungan seru terus berlangsung, saat Satria Harimau Torga dan Satria Garuda Bima X hampir kalah, muncullah Reza Bramasakti (Adhitya Alkatiri), Satria Garuda Azazel, yang semula dikabarkan telah terbunuh.  Kekuatan manusia topeng besi benar-benar luar biasa, ke tiga Satria Heroes hampir putus asa. 

Munculnya Master Targo (Yayan Ruhiyan) dan muridnya Wira, membuat saya bingung, karena saya belum pernah menonton serial televisinya. Kehadiran Yayan Ruhiyan, aktor film laga Indonesia yang sudah membintang film Star Wars, menambah keseruan film tentunya.

Film ini di produksi oleh Rizki Bukit Sinema dengan dua sutradara Kenzo Maihara dan Arnandha Wyanto. Sebagai film kolaborasi Indonesia-Jepang, proses pembuatan film "Satria Heroes : Revenge of Darkness", melibatkan penulis Indonesia, kru laga dari Jepang dan melakukan pengambilan gambar di Jepang dan Indonesia. Film super hero ini membidik pasar anak usia 5-15 tahun, namun film ini cukup menarik juga bagi orang tua yang mengantar anak-anaknya menonton.  

Semoga film "Satria Heroes: Revenge of Darkness" ini dapat mengisi kekosongan  film anak-anak dengan  kisah kepahlawan yang mampu mengedukasi dalam hal persahabatan dan menolong umat manusia. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun