Pempek sudah lama dikenal sebagai kuliner khas Palembang, meski sekarang juga banyak didapati di Lampung maupun Bangka-Belitung. Pempek berbahan dasar sagu dicampur ikan belida, tenggiri atau gabus, lalu digoreng atau di panggang, dan lazim dimakan bersama cuka atau cuko dalam istilah bahasa Wong Kito.
Bila Anda mengamati dengan seksama cara menyantap pempek oleh warga Palembang asli, maka sebelum pempek digigit atau dimakan, maka mereka menghirup dulu cukonya. Cara makan pempek dengan cara mencocol potongan pempek ke cuko sebenarnya kurang tepat.
Pempek sebagai makanan yang dipengaruhi budaya Tiongkok ini sudah ada di Palembang sejak abad ke 18, namun tidak tercatat jenis pempek mana yang pertama dikenal.
Ada beberapa varian pempek yang dapat disebutkan sebagai berikut:
1. Pempek Kapal Selam
Jenis pempek ini yang paling membuat nama Palembang tersohor karena dianggap orang Palembang luar biasa kuat, karena sanggup makan kapal selam, padahal hanya nama salah satu varian pempek. Pempek jenis ini berukuran paling besar dan berisikan telur didalamnya.
Mudah dikenali dengan bentuknya yang bulat panjang, sehingga sebelum digoreng harus dipotong terlebih dulu. Pempek lenjer ini murni terbuat dari adonan ikan, tidak ada campuran telur. Disebut lenjer karena menurut dialek Palembang artinya lonjong memanjang. Pempek Lenjer sering disebut sebagai "ibu pempek".
3. Pempek Lenggang
Pempek Lenggang merupakan turunan dari pempek Lenjer, yang dipotong seperti kubus kecil. Penyajiannya sebelum dipanggang dikocok dulu dengan telur, dimasukkan tempat dari daun pisang, baru dipanggang.
Menurut penuturan orang Palembang, berasal dari kata "seadanya", jadi pempek hanya dikepal berupa bulatan dan digoreng, maka dinamakan Adaan. Kadang ada yang menyebut dengan istilah pempek bulat.