Berpetualang ke tempat-tempat baru adalah hobby-ku. Namun hobby-ku ini sangat tergantung pada keterbatasan waktu. Banyak tempat tujuan wisata yang belum sempat kukunjungi, meski sudah masuk dalam daftar tunggu. Misalnya, Raja Ampat di Papua, Diving di Pantai Maluku, Diving di Wakatobi Sulawesi atau berenang dengan penyu di Kepulauan Derawan.
Bulan Agustus 2013, saya sempat mengunjungi Sulawesi Utara, tepatnya kota Manado dan sekitarnya. Sebagai petualang, ya tentu pergi sendiri. Setelah mendapatkan tiket pesawat Garuda, saya terbang dari Jakarta ke Manado pada hari Minggu 5Agustus 2013. Pesawat sempat stop-over di Makassar, namun secara keseluruhan penerbangan lancar dan nyaman, apalagi pramugarinya ramah dan cantik-cantik, dan mendarat dengan aman di bandara Sam Ratulangi.Â
Sebelum pergi, beberapa teman berpesan, jangan pulang ya, sebelum menikmati 5B di Manado yaitu 1B - Bubur Manado, 2B - Bunaken, 3B - Boulevard, 4B - Babi Kecap (Tinoransak) dan 5B - Bakpao.Â
Setelah meninggalkan ransel di hotel, saya menggunakan angkutan kota untuk mencari kuliner khas Manado di Jalan Wakeke, dimana terdapat Lokasi Wisata Kawasan Makanan "Tinutuan Wakeke". Di sepanjang jalan ini terdapat banyak tempat yang menjajakan makanan khas Manado. Ada bubur Manado, mie cakalang, pisang goreng sambal roa, dan tentunya perkedel jagung. Supaya tidak terlalu kenyang, saya sengaja tidak memilih bubur Manado, karena sudah mendapat informasi bahwa bubur Manado di hotel terkenal enaknya. Saya menginap di hotel Aston Manado. Sebuah tips bagi Anda yang ingin berwisata ke Manado, sebaiknya hindari hari Minggu, karena pada hari Minggu banyak tempat yang tutup. Hal ini disebabkan mayoritas penduduk Sulawesi Utara adalah penganut  agama Kristen (Nasrani).Â
Untuk makan malam saya menemukan satu warung yang menjual nasi kuning di Jalan Diponegoro, nasi kuning disini memiliki ciri khas dibungkus daun kelapa, dimakan dengan telur atau ikan cakalang.Â
Bubur Tinutuan
Pagi hari kedua di Manado, saya segera membuktikan lezatnya Bubur Manado atau Bubur tinutuan sebagai sarapan hotel, memang benar-benar lezat. Bubur Manado adalah bubur beras bercampur jagung dan ubi-ubian yang disajikan dengan aneka sayuran seperti bayam, kangkung, dan ikan cakalang. perkedel, tahu dan telur rebus. Jangan lupa menambahkan sambal supaya lebih sedap.
Hari ke dua ini saya manfaatkan untuk mengeksplorasi kota Manado, diantaranya mengunjung titik nol kota Manado, klenteng Ban Hin Kiong, Taman Kesatuan Bangsa, Tugu Perang Dunia II dan Gereja Tertua di Manado. Lalu mencari kuliner khas Manado, tetapi belum tega menyantap Paniki, karena kawatir tidak ketemu dengan rumah makan yang pandai mengolah masakan dengan bahan kelelawar ini. Menyantap bakpao khas Manado, klapertaart yang legit dan tinoransak. Tinoransak memiliki tiga varian dasar ikan tuna, ayam dan babi, merupakan masakan yang cukup pedas khas kuliner Manado. Malam harinya saya habiskan untuk bersantai dari melihat matahari terbenam di pantai Malalayang lalu menyusuri jalan sepanjang Boulevard dengan mall-mallnya.
Hari ke tiga saya menyewa mobil untuk menuju Tanah Tinggi Minahasa (Highland), dalam perjalanan ada satu titik yang dikenal dengan nama Tinoor, Anda dapat menikmati pemandangan kota Manado dari ketinggian 500 meter diatas permukaan laut. Mampir sebentar di kota Tomohon yang terkenal dengan kebun dan festival bunganya. Namun saya tidak mampir ke pasar Tomohon yang terkenal dengan pemandangan horrornya, karena di dalam pasar konon terpampang darah aneka satwa.Â
Sejenak mengunjungi Danau Linow yang terkenal sebagai danau tiga warna: hijau tua, hijau muda dan biru. Sayang saat itu sedang dilakukan renovasi sehingga tidak dapat menikmati teh dan makanan ringan disana. Tiba di Danau Tondano yang sangat luas sudah siang hari, dan segera mencari makan siang, berupa ikan danau yang disajikan dengan sambal dabu-dabu, rica-rica dan sambal roa. Luar biasa lezatnya.