Pada kesempatan nonton bareng bersama KOMIK, komunitas Kompasianers penggemar film pada Sabtu 21 November 2015 di Studio XXI Epicentrum Jakarta, berhasil mendapat kesempatan melakukan wawancara eksklusif dengan sutradara wanita Indonesia yang pertama kali berhasil menembus pasar film Hollywood, yakni Livi Zheng.
Siapa Livi Zheng?
Tentu banyak penggemar film di Indonesia belum mengenalnya. Karena film besutan pertamanya belum tayang di bioskop-bioskop Indonesia. Justru sudah tayang lebih dulu di Amerika Serikat September 2014, diputar di sejumlah kota besar di Amerika Serikat seperti Austin, Cleveland, Dallas, Los Angeles, New York City, San Jose, Seattle, San Francisco dan Washington DC.
Livi Zheng Fen Fei wanita kelahiran Malang Jawa Timur, sejak kecil sudah menekuni olahraga beladiri wushu. Bahkan tidak tanggung-tanggung dia pergi ke Beijing, tempat asal seni beladiri wushu dan memperdalam ilmunya.
Pengalaman merantau dengan bekal bahasa Mandarin sekedarnya, ternyata bermanfaat saat dia harus berjuang keras menembus pasar film Hollywood. Tanpa malu-malu Livi menceritakan kisah awalnya saat ingin mewujudkan cita-citanya menjadi sutradara film.
Sebagai calon sutradara bau kencur tanpa portofolio film pendek apalagi film layar lebar, Livi nekad menyodorkan skenario cerita film perdananya. Tiap kali diajukan selalu dicoret-coret, hingga 32 kali, hingga dalam keputus asaannya Livi sempat berpikir "apakah memang sedemikian sulit bagi pemula untuk mewujudkan impiannya, atau memang aku tidak berjodoh dengan dunia film?". Memang keluarga Livi rata-rata memiliki keahlian di bidang teknik dan bisnis.
Livi yang saat itu sudah menggenggam ijasah S1 bidang Ekonomi, tetap bersemangat merevisi skenario filmnya, sehingga akhirnya dinyatakan layak shooting. Kesulitan datang lagi ketika Livi ingin merekrut team untuk keperluan shooting, tidak mudah sebagai orang baru di dunia film untuk meyakinkan calon crew untuk mau bergabung dalam teamnya. Karena syaratnya mereka harus menyukai skenario filmnya.
"Brush with Danger"
Film perdananya yang diberi judul "Brush with Danger", mulai diproduksi musim panas 2012 dan menyelesaikan shooting dalam 27 hari dengan mengambil lokasi Seattle, Washington, dan Los Angeles.
Film ini memunculkan dualisme antara pihak yang suka dan kurang menyukai, akibatnya menuai rating 80% untuk Audience Score dan 7,3 di Imdb, namun hanya mendapat nilai 20% di Tomatometer.
Namun ada keajaiban yang tidak diduga-duga, datang surat elektronik dari panitia Oscar, agar Livi mengirimkan script film-nya. Livi mengabaikan surat elektronik tersebut, karena sedang sibuk memantau pemasaran filmnya yang sedang diputar di kota-kota besar Amerika Serikat. Hampir saja Livi melupakan surat elektronik dari panitia Oscar, hingga datang surat elektronik ke dua dari panitia Oscar yang menanyakan apakah sudah menerima surat elektronik dari panitia Oscar. Livi masih kurang yakin, namun ia mencoba mendatangi panitia Oscar langsung saat menyerahkan script filmnya dan ternyata benar.