Komunitas ini dapat dibilang paling aktif, Dengan singkatan nama yang cukup menyeramkan bagi pejabat kotor: KPK (Kompasianer Penggila Kuliner) yang baru diluncurkan pada akhir September 2014 lalu, kini sudah menggelar aktivitasnya yang ke tiga.
Pertama di Jakarta BBQ Festival, La Piazza Kelapa Gading, ke dua di Cafe D'Marco Sabang dan yang ke tiga di Festival Kuliner Bekasi Wong Kito 2014 yang menjadi target operasi.
Berangkat dari titik kumpul di FX Mall, Sudirman, Senayan, Jakarta sejumlah anggota KPK yang dikomandani oleh Rahab Ganendra menaiki shuttle bus dari Summarecon Bekasi yang khusus menjemput para penggerebeknya.
[caption id="attachment_347451" align="aligncenter" width="300" caption="(Foto hak cipta : Rahab)"]
Menyusuri kepadatan dan menembus kemacetan jalanan Jakarta Sabtu siang, padahal sudah memilih jalan tol, untung ditemani rengginang renyah yang dibawa Dini. (Thanks ya, Dini). Akhirnya menghadapi kemacetan berat di pintu keluar tol Bekasi Barat. Perjalanan baru mulus setelah tiba di jembatan Summarecon Bekasi. Tibalah rombongan KPK di depan Summarecon Mal Bekasi dan langsung diturunkan di TKP, yakni Festival Kuliner Bekasi (FKB) Kampoeng Wong Kito 2014.
Penggerebekan dimulai
Kami langsung disambut oleh mas Dewa, Wakil PR Manager, mengisi daftar hadir dan masing-masing diberikan satu map yang berisikan press release, amplop berisikan voucher belanja dan voucher makan. Mas Dewa memberikan sambutan selamat datang kepada Tim KPK dan KEB (Komunitas Emak-emak Blogger) yang menggerebek pada waktu yang sama, dan memberitahukan adanya lomba tweet selama di area FKB.
Selesai dengan acara seremonial singkat, Tim KPK langsung melakukan aktifitas penggerebekan sesuai dengan misi-nya masing-masing. Cepret sana sini dengan kameranya dan "menggeledah" makanan yang tersedia di arena FKB Wong Kito 2014.
Beberapa anggota KPK ada yang langsung datang ke TKP dan langsung bergabung bersama tim gerebek yang datang dengan shuttle bus.
FKB Wong Kito 2014
FKB Wong Kito 2014 ditata dengan serius guna menyesuaikan dengan tema Wong Kito, dengan membuat maskot Wong Kito, membuat miniatur Jembatan Ampera, membangun Rumah Adat Palembang sebagai panggung, petugas kebersihan berseragam pakaian adat Sumatera Selatan, dan bangunan-bangunan tradisional Palembang rumah Limas untuk tiap gerai / pondok. Selain pondok, terdapat pula sejumlah gerobak dengan adaptasi serupa.