Mohon tunggu...
Sutiono Gunadi
Sutiono Gunadi Mohon Tunggu... Purna tugas - Blogger

Born in Semarang, travel-food-hotel writer. Movies, ICT, Environment and HIV/AIDS observer. Email : sutiono2000@yahoo.com, Trip Advisor Level 6 Contributor.

Selanjutnya

Tutup

Foodie Artikel Utama

Kopi Pahlawan, Melalui Kopi – Petani Sembalun Menjadi Pahlawan

13 Mei 2015   18:15 Diperbarui: 17 Juni 2015   07:05 458
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

“Benar nich di Lombok ada kopi enak ?” demikian pertanyaan ketidak percayaanku, ketika seorang teman mengajak minum kopi saat kami sedang berlibur di kawasan wisata Senggigi, Lombok. Selama ini beberapa nama kopi yang mencuat dari tanah air hanyalah kopi Aceh, kopi Lampung, kopi Toraja dan kopi Wamena.

[caption id="attachment_383428" align="aligncenter" width="300" caption="Kemasan Kopi Pahlawan"][/caption]

Setelah secangkir kopi hitam panas terhidang dihadapan saya, barulah saya benar-benar percaya bahwa ternyata Lombok juga merupakan salah satu daerah penghasil kopi terbaik di Indonesia. Kopinya termasuk jenis Arabica, rasanya ringan, dan tidak terlalu asam serta memiliki rasa unik, ada rasa coklat, caramel dan sentuhan rasa lemon. Sambil menyeruput kopi hitam, saya penasaran dan langsung googling mencari informasi tentang kopi Lombok melalui dunia maya.

Ternyata kopi Lombok dihasilkan dari daerah Sembalun, Lombok, Nusa Tenggara Barat. Sembalun dalam bahasa Sasak artinya sembah alun, menyembahlah kepada yang lebih tinggi, artinya tunduklah kepada Tuhan Sang Pencipta Alam.

Pada awalnya Sembalun yang berada di ketinggian 1.200 meter diatas permukaan laut dan dikelilingi oleh lima gunung ini (salah satunya adalah Gunung Rinjani), memiliki tanah yang subur. Petani di kaki gunung Rinjani bertanam bawang putih tunggal dan jeruk. Guna memperoleh hasil panen yang lebih besar, mereka menggunakan pupuk kimia dan pestisida guna menambah kesuburan tanah. Aksi ini ternyata menjadi bumerang bagi kehidupan mereka selanjutnya, karena tanah mereka akhirnya menjadi jenuh dan tidak dapat ditanami lagi. Akibat sistem pertanian yang salah, yakni pertanian non-organik selama puluhan tahun, berakibat tanah menjadi tidak produktif lagi.

Masalah pertanian, dan ditambah oleh masalah pendidikan, sanitasi dan kesehatan menjadi problem utama bagi petani di Sembalun. Beruntung ada dua anak muda yang masih peduli terhadap nasib petani Sambalun, yaitu Maryam Rodja, seorang sarjana hukum berdomisili di Jakarta yang sering mendampingi petani dalam masalah pertanian, dan Reman Murandi sarjana geologi yang bekerja di Queensland Australia, yang sering berdiskusi melalui media social, sehingga akhirnya menetapkan untuk membentuk organisasi nir-laba yang dinamai Baraka Nusantara.

Pada pertengahan tahun 2013, ke duanya dengan dibantu oleh Muhammad Sahibul Wathan dan Edison Sembahulun merangkul petani Sembalun yang pada mulanya tidak terlalu fokus mengurusi tanaman kopinya, bahkan sempat ditelantarkan seperti tanaman liar saja. Para pertani yang belum terampil dan miskin pengetahuan ini harus mendapatkan pendidikan, agar mampu mengolah kopi secara maksimal dan profesional. Selain itu agar para petani dapat membagi secara adil peruntukkan tanah bagi manusia dan alam.

Untuk itu yang pertama kali didirikan adalah rumah belajar, yang dinamai Rumah Belajar Sankabira, diambil dari bahasa Sasak, yang artinya saling tolong menolong. Rumah belajar ini diperuntukkan bagi masyarakat Sembalun dengan upaya pendidikan guna memajukan usaha kopi para petani yang hidup di kaki gunung Rinjani. Salah satu upaya awal diantaranya mendatangkan pakar kopi Supriyatna Dimuri dari gunung Malabar, Jawa Barat.

[caption id="attachment_383430" align="aligncenter" width="300" caption="Kopi Pahlawan, Sembalun, Lombok"]

14315156131449902309
14315156131449902309
[/caption]

Pada bulan Juli 2014 tibalah masa panen pertama, hasil panen dikumpulkan dan diolah bersama, para pertani kopi tidak diperbolehkan menjual kopinya secara ijon kepada para tengkulak. Upaya melawan tengkulak dilakukan dengan menerapkan pola petik biji kopi yang merah saja, memberikan upah yang layak kepada buruh petik, tidak mempekerjakan anak-anak dibawah umur, tidak melakukan pengeboran air tanah dan mengolah kembali limbah agar dapat digunakan kembali (proses daur ulang).

[caption id="attachment_383431" align="aligncenter" width="300" caption="Kopi Pahlawan, Kopi Asal Lombok"]

14315156641055395501
14315156641055395501
[/caption]

Dari pemilihan biji kopi yang baik, perendaman, pengeringan hingga sangrai dilakukan dengan baik, sehingga berhasil diperoleh produk kopi yang telah dipanggang (roasted coffee) yang diberi merek Kopi Pahlawan. Maknanya adalah agar para petani kopi Sembalun berhasil menjadi pahlawan bagi desanya. Cara pemasaran yang baik juga dilakukan, diantaranya melakukan Charity Brew di Pasar Santa, Jakarta pada tanggal 26 Oktober 2014 dengan hashtag Ngopidipasar. Semua hasil penjualan kopi di Pasar Santa ini disumbangkan untuk kelanjutan pendidikan di Rumah Belajar Sankabira. Kegiatan promosi Kopi Pahlawan di tahun ini diantaranya akan menjadi kopi yang diperuntukkan bagi insan perfilman dalam kancah Festival Film Indonesia 2015.

[caption id="attachment_383426" align="aligncenter" width="300" caption="Promosi Kopi Pahlawan di Pasar Santa"]

14315154461758978267
14315154461758978267
[/caption]

[caption id="attachment_383425" align="aligncenter" width="300" caption="Poster Promosi Kopi Pahlawan"]

1431515391712841320
1431515391712841320
[/caption]

Indonesia sebagai negara penghasil kopi nomor empat terbesar di dunia, dan kopi sebagai komoditas nomor dua di Indonesia setelah minyak, tentunya harus mencermati setiap daerah yang memiliki potensi menghasilkan kopi yang berkualitas.

Baraka Nusantara selangkah demi selangkah memupuk, mengejar dan mewujudkan mimpi-mimpi mereka, dengan selalu menjunjung tinggi filosofi masyarakat Sasak, yakni “Hidup bagai Lombok buaq, berperilaku Sasak Sankabira”, yang terjemahan bebasnya adalah Hiduplah lurus bagai pohon pinang, dan berperilaku bersatu saling tolong menolong.

Memang benar, dibalik sedapnya secangkir kopi, ternyata banyak menyimpan kisah pahit dari para petani kopi, semoga niat baik kaum muda Indonesia berhasil menyuntikkan kesegaran bagi negeri ini yang sebenarnya kaya sumber daya alam dan memiliki sumber daya manusia yang hebat. Keduanya harus disatu padukan agar mampu berbagi secara adil, agar alam tidak dirusak oleh manusia, sebaliknya alam juga akan menjadi ramah kepada manusia. Semoga …….

Mohon tunggu...

Lihat Konten Foodie Selengkapnya
Lihat Foodie Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun