Mohon tunggu...
Sutiono Gunadi
Sutiono Gunadi Mohon Tunggu... Purna tugas - Blogger

Born in Semarang, travel-food-hotel writer. Movies, ICT, Environment and HIV/AIDS observer. Email : sutiono2000@yahoo.com, Trip Advisor Level 6 Contributor.

Selanjutnya

Tutup

Humor Pilihan

Ketika Sebuah Parodi Mendapatkan Bentuknya

10 Oktober 2014   20:33 Diperbarui: 17 Juni 2015   21:34 248
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humor. Sumber ilustrasi: PEXELS/Gratisography

Dulu, saya dan beberapa teman pada umumnya kurang tertarik dengan yang sifatnya parodi, karena pada umumnya bukan merupakan ide asli, melainkan hanya mampu mengembangkan ide cemerlang yang telah ditelurkan oleh orang lain.

Kami mengamati cukup lama perkembangan Indonesia Lawak Klub (ILK) yang tayang dari Senin-Jum'at di Trans 7. Jujur saja, ILK adalah parodi dari Indonesia Lawyers Club (ILC) yang sedemikian populer saat ditayangkan oleh TV-One bersama Karni Ilyas.

ILK yang dimotori oleh Deni, Cak Lontong, Jarwo Kuat dan Kang Maman dengan beraninya meluncurkan program hiburan lawak dalam bentuk parodi dari ILC, dari yang semula dianggap remeh, pelan-pelan bertumbuh dan kini sudah memiliki bentuknya sendiri. Sebagai program hiburan yang disiarkan melalui televisi, ILK perlu didukung oleh tim kreatif yang kuat agar dapat menyajikan acara yang menghibur tetapi cerdas.

Kemarin, karena kebaikan seorang teman, saya sempat mengikuti acara ini secara live di Studio Palem Trans 7, dan ILK menampilkan tema "Romantis". Selama ini Romantis sering diplesetkan sebagai Rokok - Makan - Gratis didunia lawak, namun ILK justru tidak mau masuk ke ranah plesetan tersebut. ILK justru membahas secara segar, arti dari Romantisme tersebut dengan mengetengahkan beberapa nara sumber, dari mulai Jarwo Kuat, H. Qomar, Akbar, Bianca Liza, Uus dan primadona malam itu, Fitri Tropica.

Masing-masing nara sumber duduk di masing-masing meja dengan diapit oleh dayang-dayangnya masing-masing, nara sumber pria diapit dua wanita cantik, nara sumber wanita diapit dua pria ganteng. Sebelum melontarkan presentasinya, tiap nara sumber diwajibkan memperkenalkan komunitas asalnya, dan karena acara ini bersifat humor, maka muncullah singkatan yang mengarah kepada kepribadian pemandu acara atau nara sumber lainnya. Disinilah kelucuan terjadi. Contoh, ada Komunitas Artis Menyukai Mahluk Bening dan Lembut disingkat "Komar Memble" yang tentunya membuat nara sumber H. Qomar salah tingkah. Yang akhirnya dibalas oleh H. Qomar dengan Jajaran Warung Obat Klender Ciputat disingkat "Jarwo Keriput".

Pemandu acara Deni-pun tidak ketinggalan terkena dampak singkatan yang dimunculkan oleh Uus, dengan Dewan Independen Berwawasan Elit (Deni Bawel). Setelah memperkenalkan diri, masing-masing nara sumber dipandu oleh bung Deni untuk menyampaikan pandangannya, menyetujui atau menolak Romantisme dalam suatu hubungan.

Akbar sebagai pihak yang menentang, menyatakan bahwa Romantisme itu hanya buang-buang waktu,uang dan tenaga saja, tidak ada manfaatnya. Lalu Bianca menambahkan bahwa romantisme itu identik dengan gombalisme, yang ujung-ujungnya memiliki modus. Bianca menyoroti singkatan HATI (Harta, ATM, Tabungan, Isi Dompet), yang lebih mengutamakan "Sudah Masuk Belum" daripada "Sudah Makan Belum". Maksudnya, harap segera periksa saldo tabungan, karena aku barusan transfer dana. Uus juga tidak begitu menyukai hubungan yang selalu diperingati dan suka memberi hadiah, tetapi ironisnya tiba-tiba menghilang.

Sementara dari nara sumber yang membela atau memihak pada paham Romantisme diwakili oleh H. Qomar yang menasehati mereka yang kurang suka dengan romantisme, dengan kiat mendekati wanita yaitu Berdoa, Berusaha dan Bercermin. Sedangkan Jarwo Kuat menyatakan bahwa romantisme itu sangat penting, sampai-sampai harus membaca puisi dengan membawa setangkai mawar merah. Disini muncul quote dari nama-nama wilayah di Jakarta, seperti Ciputat = Cinta Pulang Terlambat, Ragunan = Ragu-ragu Dalam Penantian, dan lain-lain.

Permainan kamera yang dengan nakal mengganggu Jarwo Kuat membuat kelucuan tersendiri, seperti mengclose-up separuh, membentuk silhouette, membuat bluur, atau menyorot pitak Kang Jarwo.

Nara sumber tidak selalu memiliki komitmen yang kuat, adapula yang ragu-ragu, seperti yang diperankan oleh Fitri, dia menyatakan perlunya romantisme bak bunga yang tumbuh mekar di taman, tetapi masih perlu bumbu pertengkaran. Yang penting, jangan terjebak  pada romantisme palsu dan sesaat. Kalau semula berupa perhatian, akhirnya berubah menjadi protes atau kritik.

Acara ILK yang terbagi menjadi lima sesi, harus terpotong untuk keperluan sponsor dengan mengetengahkan kuis di booth sponsor. Cukup menghibur, karena lagu-lagu dapat diplesetkan dengan baik, pada parodi acara "Berpacu Dalam Melodi" menjadi "Berpacu Dalam Lagu".

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humor Selengkapnya
Lihat Humor Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun