Mohon tunggu...
Sutiono Gunadi
Sutiono Gunadi Mohon Tunggu... Purna tugas - Blogger

Born in Semarang, travel-food-hotel writer. Movies, ICT, Environment and HIV/AIDS observer. Email : sutiono2000@yahoo.com, Trip Advisor Level 6 Contributor.

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

[Ketapels Duo Kartini] Riris Marpaung, Kartini Masa Kini dari Tangsel (1 of 2)

20 April 2016   17:31 Diperbarui: 20 April 2016   17:38 121
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Riris Marpaung (Sumber: Gapey)"][/caption]Kalau Anda sempat belajar komputer pada era munculnya personal computer (PC), Anda pasti pernah keranjingan bermain Digger, sebuah program game komputer yang memaksa Anda harus memutar otak untuk dapat melanjutkan ke aras yang lebih sulit (advanced).

Seiring dengan perkembangan internet mulai bermunculan program game online dimana pemain game di rumah dapat berlaga dengan pemain di rumah lain baik satu negara maupun lintas negara. Sampai sekarang masih ada pertandingan game online yang dipertandingkan antar negara, biasanya dilakukan seleksi melalui Game Centre dan hadiah disponsori pabrik pembuat prosesor yang berkonsentrasi untuk PC Game seperti AMD Devices dan pabrik kartu VGA seperti Nvidia.

Mungkin Anda masih ingat serunya bermain Ragnarok dan Counter Strike, dua game online yang sempat ngetop bertahun-tahun dan digemari tua muda.

Game komputer sangat disukai, karena mengandung unsur berpikir dan mengembangkan sensor motorik anak-anak. Dampak negatifnya, anak menjadi statis, kurang bergerak, kurang luas bersosialisasi hanya terbatas pada komunitas game saja dan sering malas belajar akibat kecanduan main game. Dampak buruk lainnya bila anak bermain game yang mengutamakan kekerasan, dapat mempengaruhi sifat menjadi agresif.

Dengan munculnya tablet PC dan gadget berbasis sistem operasi IOS maupun Android, berkembang pula game-game berbasis aplikasi yang mendunia, seperti Angry Bird dan Grand Theft Auto.

Game Developer

Dunia ICT pada umumnya dan game pada khususnya sering disebut sebagai milik kaum laki-laki. Saat Carly Fiorina menjadi CEO Hewlett Packard dunia heboh. Tokoh-tokoh ICT perempuan Indonesia juga tidak banyak, meski ada. Sebut saja diantaranya, Betti Alisyahbana (Presiden Direktur IBM Indonesia), Sylvia W. Sumarlin (Ketua FTII), Shinta Dhanuwardoyo (Presiden Direktur Bubu), Megawaty Khie (Direktur Mirosoft Indonesia, Direktur HP Indonesia dan Presiden Direktur SAP Indonesia) dan
Peni Cameron tokoh animasi Indonesia.

Tahun 2015 Tabloid Nova telah menobatkanYunita Riris Widawati Marpaung, seorang Managing Director dari game developer bernama Studio Gambreng sebagai Perempuan Inspiratif di bidang teknologi. Selain Gambreng, Riris juga memimpin dua game developer lainnya, yakni Gundu dan Game Changer.

Riris begitu panggilan akrabnya, lahir di Tangerang 7 Juni 1973 yang setelah menamatkan program studi S2 di Fakultas Ilmu Budaya Jurusan Ilmu Perpustakaan dan Informasi (2003), berhasil menyabet gelar Pustakawan Berprestasi Terbaik Nasional Tahun 2014.

Sempat bekerja di RCTI sebagai News Researcher sebelum akhirnya kembali menekuni profesi pustakawan di sebuah universitas swasta di Tangsel.

Semula tidakfull time menggeluti profesi sebagai game developer, hanya passion yang mendorong Riris bersama Dodick Sudirman (co founder Gambreng, dosen dan sekretaris program studi pada sebuah perguruan tinggi swasta), untuk berani masuk ke industri yang jarang diminati di Indonesia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun