Museum adalah sarana belajar yang memadai, singkat tapi mendalam. Terletak setelah Benteng Kuto Besak, diseberang sungai Musi adalah Museum Sultan Badaruddin II yang merupakan hasil renovasi dari bangunan asli yang pernah terbakar di era penjajahan Belanda. Bangunan ini asalnya adalah tempat pemerintahan atau keraton Sultan Mahmud Badaruddin I, dengan nama Keraton Kuto Lamo. Keraton ini dibangun tanpa kayu namun dengan batu bata, hanya ornamen didalamnya yang menggunakan kayu, seperti daun pintu dan jendela.
Di dalam museum ini terdapat lebih dari 500 koleksi benda bersejarah, mulai dari batu zaman purba, peninggalan kerajaan Sriwijaya, peta sejarah kedatangan Laksamana Cheng Hoo, kerajinan songket, senjata, pelaminan, baju pengantin, hingga pangkeng (tempat tidur).
Koleksi museum ini mulai dari benda arkeologi, etnografi, biologi, seni dan mata uang. Juga terdapat foto-foto yang menunjukkan replika sisa sejarah mulai dari prasasti, patung-patung, serta peninggalan kerajaan Sriwijaya.
Bila Anda ingin memiliki cindera mata asli Palembang, dapat dibeli di ruangan depan museum ini. Di bagian depan museum ini terdapat prasasti tertua, yakni Prasasti Kedukan Bukit, Prasasti Boom Baru, Prasasti Talang Tuo, Prasasti Telaga Batu dan Arca-Arca. Anda diperkenalkan pula pada tiga jenis rumah adat Palembang, yakni Rumah Rakit, Rumah Limas dan Rumah Panggung.
Prasasti yang paling diminati adalah Prasasti Telaga Batu yang bernetuk tujuh ular kobra di bagian atas, sedang di bagian bawah berbentuk pancuran kecil. Mitos prasasti ini dulu sering digunakan untuk menguji kejujuran seseorang, bila terjadi sengketa, orang yang dicurigai harus meminum air dari pancuran itu, bila tidak bersalah orang akan tetap hidup, sedangkan bila bersalah akan meninggal dunia. Juga untuk menguji kesetiaan punggawa pengawal raja, bila ada niat berkhianat, setelah minum air pancuran akan meninggal dunia.
Masuk ke dalam yang disebut sebagai ruangan ke dua, menyimpan koleksi sejarah aksara yang pernah digunakan yaitu Pallawa, Kaganga, Melayu dan Latin. Jenis-jenis songket khas Sumatera Selatan, senjata tradisional hingga meriam.
Masuk lebih ke dalam, Anda masuk ke ruangan ke tiga yang menyimpan koleksi lemari dengan ukiran khas Palembang, dengan ciri khas bunga melati, teratai dan pakis rusa. Ke tiga bunga itu merupakan pengaruh agama Buddha yang dianut Kerajaan Sriwijaya. Dengan masuknya agama Islam, mulai ada ukiran kaligrafi dengan tiga tanduk pada ujungnya yang melambangkan air suci: air hujan, air laut dan air sungai.
Ruangan ke empat menyimpan koleksi mata uang dari mulai era Belanda hingga uang sekarang, kerajinan tangan dan ukiran. Sedang peralatan tenun, dapur, pernikahan disimpan di ruangan ke lima.
Jam berkunjung museum :
Senin - Kamis 08.00-16.00 WIB
Jumat 08.00-11.30 WIB
Sabtu-Minggu 09.00-16.00 WIB
Alamat:
Jalan Sultan Mahmud Badaruddin II No.2, Kelurahan 19 Ilir, Palembang