Mohon tunggu...
Sutiono Gunadi
Sutiono Gunadi Mohon Tunggu... Purna tugas - Blogger

Born in Semarang, travel-food-hotel writer. Movies, ICT, Environment and HIV/AIDS observer. Email : sutiono2000@yahoo.com, Trip Advisor Level 6 Contributor.

Selanjutnya

Tutup

Seni Pilihan

Jejak Literasi Pramoedya Ananta Toer

3 Februari 2025   05:00 Diperbarui: 2 Februari 2025   20:31 16
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik


Tahun 2025 adalah tepat 100 tahun dari kelahiran Pramoedya Ananta Toer, seorang sastrawan Indonesia yang  pandai merangkai bahasa secara indah, namun didalamnya sarat  tulisan tentang sosial-politik golongan marjinal.

Itulah sebabnya pada era Orde Baru, Pram, panggilan akrab untuk Pramoedya Ananta Toer pernah dituduh berafiliasi dengan PKI, sehingga sempat mendekam di pulau Buru, sebagai tahanan politik. Dibebaskan tahun 1979.

Karya-karya Pram meski sudah hampir mencapai satu abad, ternyata masih relevan hingga saat ini.

Salah satu buktinya, adalah tetralogi pulau Buru yaitu "Bumi Manusia", "Anak Semua Bangsa", "Jejak Langkah", dan "Rumah Kaca". Jujur saja, saat saya masih muda, susah sekali mendapatkan buku karya Pram, karena termasuk buku terlarang.

Beruntunglah, setelah era Orde Baru berakhir, status Pram sudah dipulihkan, dan karya-karyanya sudah dapat dibaca secara bebas.

Diantara tetralogi ini yang paling terkenal adalah novel pertama "Bumi Manusia", bahkan sempat difilmkan (2019).

Novel "Bumi Manusia" menggambarkan dengan detail suasana era kolonial, rakyat kecil yang menderita, hanya golongan bangsawan saja yang dapat hidup layak. Wanita pribumi yang menjadi istri orang asing, kehidupannya lebih layak, namun dianggap rendah oleh sekitarnya.

Gambaran yang menyayat hati adalah saat rakyat Indonesia harus diberlakukan tidak adil di gedung pengadilan. Tidak boleh berjalan biasa, diatas kalinya, namun harus merangkak karena diberlakukan sebagai warga kelas dua.

Hanya kehidupan orang-orang Belanda yang mewah, karena dianggap sebagai warga kelas satu.

Dalam novel "Bumi Manusia", Pram banyak mengambil setting lokasi di daerah Jawa Timur, khususnya Wonokromo, sebuah kawasan yang penting dalam sejarah perkembangan kota Surabaya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Seni Selengkapnya
Lihat Seni Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun