Mohon tunggu...
Sutiono Gunadi
Sutiono Gunadi Mohon Tunggu... Purna tugas - Blogger

Born in Semarang, travel-food-hotel writer. Movies, ICT, Environment and HIV/AIDS observer. Email : sutiono2000@yahoo.com, Trip Advisor Level 6 Contributor.

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Pengalaman Berkebaya di Kapal

27 Januari 2025   11:30 Diperbarui: 27 Januari 2025   05:32 33
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi (sumber gambar: kibrispdr.org)


Melaut atau bepergian dengan kapal, lazimnya kurang disukai perempuan. Apalagi bila harus ikut serta dalam mengoperasikan jalannya kapal (memiliki lisensi mengendalikan kapal dan mengatur perawatan). Karena hampir sepanjang hari hanya bertemu laut, bukan bertandang ke mall untuk berbelanja  (shopping).

Ika Pernatasari Olsen adalah diaspora Indonesia asal Jawa yang bersuamikan orang Norwegia. Mbak Ika menjadi narasumber pada webinar Koteka Talk 212 dan menceritakan pengalamannya.

Ika (dok: Koteka)
Ika (dok: Koteka)


Mbak Ika dan suaminya memiliki kapal pribadi seberar 27 ton. ia kurang menguasai masalah teknik,apakah itu berat kotor, atau berat dengan bahan bakar dan persediaan air.

Mengenai bendera yang dikibarkan di kapalnya adalah bendera Norwegia, karena mbak Ika merasa kurang senang bila memasang bendera yang tidak ada kaitannya dengan keluarganya. Tidak menggunakan bendera Indonesia, karena di Indonesia belum ada izin untuk kapal pribadi, hanya ada untuk kapal komersial, untuk penumpang dan cargo.

Sebelum berangkat mbak Ika selalu belanja kebutuhan untuk makan selama perjalanan dan disimpan di tiga kulkas yang terdapat di kapal.

Bila ingin ikan, bisa saja memancing, namun ada beberapa negara yang tidak mengijinkan memancing. Selain itu juga terlalu rumit, karena  mbak Ika menggunakan kapal layar yang menggunakan tenaga angin. Bila memancing harus diam atau berhenti, berarti harus menggulung layar. Jadi, menurut mbak Ika lebih praktis beli ikan di super market yang ada di marina. Pengalaman mbak Ika, di Eropa selalu tersedia super market di dekat marina.

Tentang kisah perjalanan, memang semula ada niat untuk membuat buku berdasar jurnal perjalanan yang sejalu ditulisnya. Namun karena sering bepergian dan banyak kegiatan, buku itu tidak kunjung jadi. Apalagi sekarang era digital, jadi mbak Ika lebih senang menyampaikan edukasi melalui video di kanal  YouTube.

Lagi pula diakuinya sudah banyak orang yang menulis buku tentang pelayaran, khususnya yang bukan tentang Indonesia.

Dan tanpa disadarinya, mbak Ika sudah selama enam tahun berlayar.

Mbak Ika juga pernah menjadi volunteer dalam masalah lingkungan, dengan aksi mengumpulkan sampah.

Lalu salah satu keunikan mbak Ika adalah ia selalu mengenakan kebaya, baik di atas kapal maupun saat turun ke darat. Menang kebaya sudah sering dipakainya, sebelum menjadi anggota Perempuan   Berkebaya Indonesia (PBI)

Dan mbak Ika selalu menyiapkan kebaya yang akan dikenakan pada acara-acara tertentu, di negara yang akan dikunjunginya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun