Pada Desember 2024 setelah melalui perjuangan panjang, kebaya diakui sebagai Warisan Budaya Tak Benda oleh UNESCO meski bersama-sama dengan empat negara tetangga Malaysia, Singapura Thailand, dan Brunei.
Hal ini diceritakan oleh Christiana Dessynta Siswijana, ketua Perempuan Berkebaya Indonesia (PBI) Eropa pada webinar Koteka Talk 210 yang dipandu oleh mbak Gana, ketua Koteka, komunitas traveler Kompasiana.
Alumni Universitas Kristen Satya Wacana, Salatiga ini memang sudah dikenal aktif sejak mahasiswa. Christiana lahir di Semarang, menyelesaikan S2 Communication Management di Sydney, jalur pindah ke Swiss pada tahun 2000.
Pada April 2021 memperoleh Anugerah Kebaya Award karena aktivitasnya memperkenalkan kebaya.
Menurut kisahnya pengakuan oleh UNESCO ini berawal pada September 2024 yang tertarik pada kebaya sebagai salah satu wastra pada sebuah pameran.
Pada pameran itu juga diperkenalkan kain songket serta tarian Indonesia dengan penari mengenakan kebaya.
Menurut Christiana selain memperkenalkan kebaya, perempuan Indonesia harus menunjukkan jati dirinya dengan aksi. Salah satunya selalu memakai kebaya saat bepergian, karena praktis dan bisa dipadu padankan dengan celana jeans dan lainnya.
Christiana yang mengenakan kebaya janggan (seperti yang dikenakan Dian Sastro pada film "Gadis Kretek") dengan bangga menyatakan bahwa PBI sekarang sudah ada di 19 negara di Eropa.
Tidak hanya saat bepergian, saat berolahraga seperti Zumba atau yoga juga bisa berkebaya. Juga sat mengajar cooking class dan art crafts.