Kisah kedua, pada perpeloncoan mahasiswa baru, mahasiswa lama mengundi namanya untuk menjadi pelindung mahasiswa baru. Identitas harus disembinyikan, hingga akhir masa perpeloncoan.
Earth (Pisitpol Ekaphongsit) yang tidak menyetujui sistem ini, setelah mengambil nama langsung membuangnya di tempat sampah.
Namun tidak disengaja, Earth dipertemukan dengan mahasiswa baru bernama Sun (Awat Rataphinta), karena saat Earth mencari temannya, Earth menemukan Sun sendirian, dengan buku kuno yang katanya pemberian Boonhuat.
Saat dicari pada database universitas, ternyata Boonhuat adalah mahasiswa yang meninggal saat perpeloncoan beberapa tahun sebelumnya.
Buku itu menggiring Sun ke apartemen Boonhuat. Apa yang terjadi di sana? Mampukah Earth menolong Sun?
Kisah kedua ini juga tak kalah menyeramkan, namun tetap dikemas dengan komedi segar.
. . .
Kisah ketiga, tentang malam inagurasi perpeloncoan, dengan syarat peserta harus mendapatkan bunga. Mint (Nichapat Chatchalpoirat) dan Wal (Chutavuth Pattarakhumphol) sedang berusaha mendapatkan bunga.Â
Tanpa menyadari siapa yang memberi petunjuk, Wal pergi ke sebuah rumah doa, dan mengajak barter bunga yang ada di rumah doa dengan bubur siap saji. Saat Wal memberikan bunga ke Mint, Mint terasa dicekik seorang mahluk hingga suaranya berubah.
Lalu Mint memaksa Wal menunjukkan di mana letak rumah doa, untuk minta maaf. Keduanya pergi dengan ditemani Haley -(Siwat Jumlongkul), namun rumah doa itu hilang.
Lalu mereka mendapatkan info harus mencari di lantai 6. Saat menaiki lift mereka melihat tiga wanita dengan busana Siam kuno. Mereka berusaha menutup pintu lift, agar ketiga wanita itu tidak ikut naik beserta mereka. Ternyata ketiga wanita itu sudah berada di dalam lift.