Mohon tunggu...
Sutiono Gunadi
Sutiono Gunadi Mohon Tunggu... Purna tugas - Blogger

Born in Semarang, travel-food-hotel writer. Movies, ICT, Environment and HIV/AIDS observer. Email : sutiono2000@yahoo.com, Trip Advisor Level 6 Contributor.

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Local Hero Zaman Now

17 Agustus 2024   05:00 Diperbarui: 17 Agustus 2024   06:31 33
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kalau pada masa perjuangan memperebutkan kemerdekaan, yang disebut pahlawan atau hero adalah mereka yang berjuang, mengangkat senjata, mempertaruhkan harta dan nyawa.

Zaman now, memang ada hero tapi hanya ada dalam film-film. Contohnya super hero. Namun sebenarnya dalam kehidupan sehari-hari ada juga yang disebut local hero, yaitu mereka yang berjuang  untuk memajukan sesuatu yang digelutinya. Memang secara konsep berbeda dengan pahlawan di masa perjuangan, yang berjuang tanpa pamrih. Kalau pahlawan masa kini meski ada bersangkutan dengan cuan, namun yang utama adalah semangatnya untuk memperjuangkan kemajuan bidang yang ditekuninya.

Saya melihat seorang Kompasianer (meski tidak terlalu aktif) yang pantas disematkan gelar local hero dibidang pariwisata. Kompasianer itu adalah Ira Lathief.

Dari awal, dia sudah berkecimpung di bidang wisata. Awalnya bekerja bersama sesama pemandu wisata, hingga akhirnya memberanikan diri mendirikan Wisata Kreatif Jakarta (WKJ).

WKJ pada awalnya bertujuan memperkenalkan Jakarta lebih dekat kepada warganya. Banyak warga Jakarta yang menggunakan kendaraan pribadi maupun kendaraan umum, hanya melintas saja, tetapi kurang memahami secara detil yang terdapat didalamnya. Apalagi yang terdapat di jalan / gang kecil yang sulit dilalui kendaraan atau susah parkir.

Caranya dengan mengadakan jalan-jalan atau tour dengan jalan kaki (walking tour). Jalan-jalan dengan jalan kaki memang sudah banyak dilakukan di luar negeri.

Pada mulanya menyasar, kota Jakarta dengan budaya. Untuk budaya lokal, memperkenalkan budaya Betawi dengan mengunjungi Setu Babakan, ikon-ikon Jakarta, seperti Monas, Taman Mini Indonesia Indah (TMII), Pantai Ancol, Pelabuhan Sunda Kelapa, dan Kota Tua. Yang lalu diperluas dengan menjelajah taman-taman di Jakarta, kawasan Sudirman-Thamrin, Pantai Indah Kapuk (Pancoran PIK), Kelapa Gading, Cikini-Gondangdia, kawasan jalan Sabang, kepulauan Seribu, dan wisata makam. Untuk wisata makam pernah mengunjungi mausoleum maupun makam Belanda yang tertata rapi.

Budaya asing juga dirambah, misal China di Glodok, Korea di kawasan Senopati, Jepang di Lintas Melawai, Belanda di Kota Tua, India di Pasar Baru, Arab di Pekojan dan Cikini, dan Portugis di Jakarta Utara.

Wisata religi yang bernafaskan toleransi juga sering diadakan. Mengunjungi lokasi multi agama, agar peserta terhindar dari eksklusivitas, dari masjid, gereja, vihara, klenteng dan pura.

Pada hari-hari libur nasional juga sering diadakan tour ke tempat-tempat bersejarah. Misal kemerdekaan, mengunjungi museum-museum perjuangan, pahlawan mengunjungi Taman Makam Pahlawan, juga museum-museum tematik (batik, wayang, uang).

Monumen Proklamasi (dok: Ira)
Monumen Proklamasi (dok: Ira)
Program wisata tidak melulu jalan kaki, kadang di variasi dengan berlari maupun naik sepeda (gowes). Bahkan kunjungan ke museum di malam hari.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun