Bagaikan buah simlakama bagi seorang anak. Merawat orang tua di rumahnya, entah orang tua kandung maupun mertua.
Sering muncul masalah bila memiliki orang tua yang rewel. Setiap hari membuat masalah, entah dengan anak, menantu, cucu, bahkan ART. Ada saja yang dikeluhkan atau dianggap salah. Rumah kurang bersih, cucu terlalu lama main game, atau ART yang dinilai pemalas.
Hampir selalu terjadi percekcokan mulut, antara orang tua dengan anak, menantu, cucu, atau ART. Hal ini membuat pemilik rumah serba salah.
Bila sudah tidak tahan, akhirnya orang tua akan dikontrakkan rumah sendiri, atau dititipkan di rumah jompo. Dampaknya lebih parah, orang tua dengan mudah memviralkan bahwa anak cucu tidak berbakti pada orang tua. Atau dianggap mengusir orang tua, alias tidak mau merawatnya lagi.
Benarkah kasus ini 100% kesalahan anak cucu ? Bisa tidak, karena dari ilustrasi diatas, yang menjadi penyebab, munculnya keputusan memindahkan orang tua, karena orang tua terlalu rewel.
Memang secara pengalaman hidup, orang tua lebih matang. Namun peruvahan zaman, bisa saja membuat segalanya berubah. Tentu anak cucu tidak selalu bisa mengalah dan membenarkan tindakan orang tuanya.
Hal ini bukannya bermaksud kurang ajar, melainkan zaman sudah berubah. Jadi bisa saja hal yang dianggap orang tua benar, bisa menjadi salah, atau sebaliknya.
Kalau dilihat dari kaca mata netral, orang tua yang rewel adalah orang tua yang salah atau jahat. Betapa banyaknya pengalaman orang tua, namun semua keputusan, harusnya sudah berada pada pemilik rumah.
Karena pemilik rumah selayaknya yang berhak menetapjkan peraturan yang berlaku di rumshnya. Bila ada yang melanggar, yang melanggarlah yang salah, meski ia adalah orang tua.
Sikap sebaiknya