Selain melatih orientasi penerbang, Lakespra juga menyiapkan kondisi penerbang untuk terbang pada ketinggian, agar tubuhnya tidak terpengaruh oleh kondisi yang berbeda dengan kondisi di bumi.
Karena terbang di atmosfer berbeda dengan kondisi di darat. Atmosfer pada permukaan laut mengandung oksigen 21%, hidrogen 78%, dan 1% zat lainnya.
Makin bertambah tingginya ketinggian (altitude), kadar oksigen cenderung makin menipis. Menurut aturan di dunia penerbangan  yang berlaku, dibawah ketinggian 10 ribu kaki masih boleh tanpa memakai masker oxygen. Namun di atasnya diwajibkan.
Akibat kekurangan oxygen dapat terjadi hipoksia. Memang terjadinya hipoksia tidak selalu sama pada penerbang berbeda. Dampak dari hipoksia dapat menimbulkan pusing, sesak napas, kesemutan, penglihatan kabur, Â mengantuk, euforia, mati rasa, lemas, dan nyeri kepala. Kondisi terparah dapat kehilangan kesadaran dan mengganggu irama denyut janung.
Akibat lainnya adalah yang disebut disbarisme, yaitu perubahan pada tubuh saat mengalami perubahan tekanan udara. Gejala paling sering terjadi adalah telinga merasa sakit saat akan mendarat.
Diabarisme meliputi
* trapped gas, tubuh manusia memiliki rongga, yang membuat gas terperangkap di dalamnya. Yang termasuk trapped gas adalah aerotitis, aerosinusitis, dan aerodiloltagia.
* evolved gas, lepasnya gas pada larutan dalam cairan tubuh, akibat turunnya tekanan udara di luar tubuh.
Cara menyiapkan kondisi tubuh penerbang dengan  menggunakan Hypobaric Chamber yang sudah dimiliki Lakespra sejak 2019. Bentuknya seperti kabin pesawat dan ruangan pilot di dalam pesawat. Dengan aneka instrumen penunjuk ketinggian, temperature, vertical rate dan tekanan udara.
Dengan alat simulasi ini perubahan ketinggian, temperature, dan tekanan udara dapai disimulasikan, dan dipantau dari monitor room di bagian luarnya.
Saat kami berkunjung, terdapat 4 penerbang yang menjalani simulasi. Dan saat simulasi dimulai, kami harus keluar dari kabin, Karena ruangan harus kedap udara, dan kami ikut memantau dari monitor room.