Mohon tunggu...
Sutiono Gunadi
Sutiono Gunadi Mohon Tunggu... Purna tugas - Blogger

Born in Semarang, travel-food-hotel writer. Movies, ICT, Environment and HIV/AIDS observer. Email : sutiono2000@yahoo.com, Trip Advisor Level 6 Contributor.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Kemunafikan Duniawi

16 Juli 2024   10:00 Diperbarui: 16 Juli 2024   10:03 19
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
IIlustrasi (sumber gambar: sesawi.net)


Dalam pergaulan sehari-hari, kalau kita perhatikan banyak orang yang berperilaku aneh atau mendua.

Misal didalam pergaulan sedikit-sedikit dalam berbicara selalu mengutip ayat-ayat kitab suci. Perilaku ini berlaku umum, tidak pada salah satu agama tertentu saja, melainkan pada semua agama, pasti dijumpai orang-orang seerti ini. Sepintas orang menilai, pasti orang baik, karena agamanya kuat.

Ternyata sikap yang ditunjukkan di luar rumah itu belum tentu sesuai dengan keadaan sebenarnya. Karena kita sering menyaksikan seorang tokoh agama d luar rumah, ternyata di lingkungan yang lebih sempit. Misal di tempat kerja, dia sering marah-marah bahkan sering mengeluarkan kata-kata kasar. Tidak bersikap atau berkata-kata sopan saat berinteraksi dengan sesama rekan kerja. Bila sudah marah, sikap baiknya lenyap seketika. Berubah seperti singa atau srigala.

Contoh lain, seseorang yang bersikap dermawan dan welas asih di luaran. Sering menyambangi panti asuhan yatim piatu dan panti jompo. Selain memberikan sumbangan materiel yang cukup besar, juga masih sering membawakan makanan untuk orang tua dan anak-anak di panti. Bahkan tidak merasa jijik menyuapi dan membimbing yang sedang kesusahan berjalan.

Tapi keadaan sebaliknya justru terjadi di rumah sendiri. Di rumah, hidup bersama orang tuanya (orang tua kandung), tetapi sering dimarahi saat makan tidak rapi, tidak pernah menyuapi maupun menggandeng. Hingga orang tua merasa sebal karena memiliki anak kandung  yang terlalu sombong. Memang anak ini masih bersedia menerima kehadiran orang tua, dibandingkan saudara lainnya yang tidak bersedia menerima kehadiran orang tuanya.

Sikap terhadap suaminya juga selalu judes, sering mengomel setiap ada kesalahan kecil. Sikap terhadap anak juga mudah marah bila anak makan terlalu lama, atau malas mandi. Hardikan pasti keluar, kalau tidak lecutan ikat pinggang.

Kenapa sikap di luar dan di dalam rumah, berbeda 180 derajat pada dua contoh di atas.

Sikap ini banyak dipengaruhi oleh gengsi. Baik kepada masyarakat umum yang tidak dikenal, yang disebut kemunafikan duniawi. Jadi bila di luar rumah, sikapnya terlihat baik, murah hati, sosial, penuh empati. Yang bertujuan orang lain akan memuji sikapnya. Sebaliknya di dalam rumah atau di tempat kerja, sikapnya sangat bertolak belakang. Bisa jadi karena orang serumah atau orang di tempat kerja tidak pernah memberikan pujian padanya.

Berhati-hatilah kita dalam menilai seseorang. Jangan mudah menilai seseorang itu baik hanya karena sangat sosial di luar rumah, sementara di dalam rumah sangat a-sosial. Sebelum memberikan penilaian terhadap seseorang, selalu pastikan bahwa seseorang itu memiliki sikap yang sama, tidak mendua.

Kemunafikan duniawi ini sangat berbahaya, bila orang type ini terpilih menjadi prmimpin atau wakil rakyat. Jadi kita harus benar-benar teliti saat menilai seseorang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun