Hari ulang tahun Harian Kompas, induk dari Kompasiana, baru saja merayakan ulang tahunnya yang ke-59. Bulan Juni selain identik dengan lahirnya Pancasila, juga berkaitan erat dengan lahirnya Harian Kompas. Harian yang didirikan oleh almarhum P.K. Ojong dan Jacob Oetama ini ikut diperingati oleh Komunitas Pembaca Buku Kompas (PBK).
Ciri khas Kompas Minggu adalah adanya Teka Teki Silang (TTS) yang tiap tahun menyajikan TTS jumbo pada bulan ulang tahun Kompas.
Bagi para pelanggan Kompas, justru banyak yang mengisi TTS terlebih dulu sebelum melahap isi berita. Tahukah Anda siapa pembuat TTS tersebut?
Beruntung pada Minggu sore, 7 Juli 2024, KPB menghadirkan Dwiweko Supriyono, yang akrab disapa pak Eko, sang legenda pembuat TTS Kompas bertempat di depan Pojok Baca, Bentara Budaya Jakarta, Jakarta.
Pak Eko disebut legenda karena sudah membuat TTS Kompas sejak tahun 1980 (44 tahun). Mungkin pengelola rubrik TTS Kompas sudah berganti orang berkali-kali.
Eko memulai kisahnya di depan hadirin pecinta TTS Kompas yang hadir berkat undangan dadakan melalui melalui grup WA, bahwa ia menggemari TTS sejak masih dibangku SMP pada tahun 1970. Ia mengisi TTS untuk mengisi waktu senggangnya saat selesai menunaikan tugas sebagai loper koran.
Saat sudah diterima sebagai PNS, ia merasa pendapatannya sangat minim, maka untuk menambah pendapatan, ia harus memiliki pekerjaan sambilan.
Pada tahun 1980, Eko mulai membuat TTS. Mulai diujicobakan pada teman-teman kerja di instansinya. Dikatakan kualitas TTS buatannya sekualitas dengan TTS Kompas. Maka Eko memberanikan diri mengirimkan TTS hasil karyanya ke Kompas, dan beruntung diterima.
Eko bangga karyanya diterima oleh Kompas sebagai koran rujukan nasional.
Bagi Eko, yang membuat TTS dengan dua cara, membuat pola hitam putih terlebih dulu, lalu mulai mengisikan kata-kata ke dalam kotak kosong, barulah disusun pertanyaannya, atau pada kertas putih, dituangkan kata-kata pilihan, baru dibuat pola simetris atas bawah, kiri kanan, dan diakhiri dengan menyusun pertanyaannya.