Mohon tunggu...
Sutiono Gunadi
Sutiono Gunadi Mohon Tunggu... Purna tugas - Blogger

Born in Semarang, travel-food-hotel writer. Movies, ICT, Environment and HIV/AIDS observer. Email : sutiono2000@yahoo.com, Trip Advisor Level 6 Contributor.

Selanjutnya

Tutup

Financial

Dunia Digital Makin Tidak Aman

5 Juli 2024   10:00 Diperbarui: 5 Juli 2024   10:08 48
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi (sumber gambar: amazic.com)


Kalau boleh tetap menggunakan data analog, seperti saat generasi baby boomers berperan, tentu semua orang akan memilih penggunaan data analog. Meski untuk urusan publik dengan kelurahan atau bank harus antre lama, karena pada era digital, meski lebih nyaman, namun bahaya mengancam setiap saat.

Baru saja kita mendengar, data di Pusat Data Nasional Sementara (PDNS) dibobol orang tidak bertanggung jawab. Belum jelas, data apa saja yang sempat tercuri. Yang paling heboh nanya kantor imigrasi, sehingga urusan keimigrasian terganggu, menjadi sangat lambat.

Memang masih intung, kabarnya belum semua instansi  menyerahkan data pada PDNS. Dengan adanya kejadian ini, tentu banyak instansi akan berpikir ulang, amankah data yang disimpan di PDNS ?

Terlepas kejadian ini masalah politik atau bukan, pengelola PDNS hendaknya mulai memperbaiki sistem keamanan data, termasuk memperbaiki SOP (system operating procedure) keamanan siber, agar peristiwa ini tidak terjadi lagi.

Selain PDNS, kita secara pribadi juga wajib berhati-hati terhadap data keuangan dan pribadi yang kita miliki. Meski penggunaan mobile banking sangat menguntungkan, karena semua urusan keuangan dapat dilakukan dimana saja  dan kapan saja. Membuka rekening bank, tidak perlu datang ke bank, cukup dari kamar atau kantor, atau bahkan saat sedang berlibur di Bali. Demikian pula transfer keuangan bisa dilakukan kapan dan dimana saja, bahkan pada malam hari saat bank sudah tutup. Misal untuk membayar tagihan bulanan, angsuran kredit, atau membeli kuota, serta top-up pulsa, saldo uang elektronik atau saldo ATM.

Juga untuk bertransaksi cashless,   QRIS atau uang elektronik, pada restoran atau keluar parkir area. Namun karena penggunaan keuangan ini untuk keperluan sehari-hari, sebaiknya isilah saldo mobile banking sekadarnya saja. Besarnya relatif, tergantung kebiasaan kita, bisa 500 ribu hingga 5 juta Rupiah. Sedangkan untuk transaksi keuangan besar, misal untuk membeli properti, mobil, perhiasan, atau pealatan elektronik yang mahal, bisa menggunakan bank transfer biasa. Hal ini demi menjaga keamanan data keuangan kita, karena data mobile banking yang paling mudah diretas.

Jangan mudah memberikan data pribadi kepada orang yang tidak dikenal, atau orang yang menghubungi kita. Misal kita dihubungi melalui telepon, lalu ditanya kode OTP atau nama ibu kandung sebaiknya jangan diberikan. Kecuali kita yang menghubungi pihak instansi keuangan, kadang diperlukan otorisasi oleh pihak bank.

Demikian pula dalam pendataan anggota suatu komunitas, jangan mudah memberikan nomor gawai yang banyak digunakan untuk urusan keuangan, berikan saja nomor gawai kedua. Kalau diminta nomor rekening bank, berikan saja nomor gopay atau ovo, yang saldonya tidak besar.

Jadi, seandainya data itu bocor, dijual atau diretas oleh orang tidak bertanggung jawab. Kerugian akan terbatas pada saldo yang kecil saja. Bukan nomor rekening utama.

Di era digital yang memberikan banyak kemudahan, namun dapat mengancam kehidupan kita. Berhati-hatilah dalam menjaga data keuangan dan pribasi kita.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun