Meski kang Bugi sempat dibercandain / diguyoni oleh pembimbingnya, mana enak kopi di ruang makan kampus. "Hidup ini singkat dan hanya sekali. Tubuh kita harus diberi kopi yang enak", seloroh pembimbingnya. Menurut pembimbingnya kopi bustan barista di kafe pasti lebih enak daripada buatan sendiri. Namun bagi kang Bugi justru kebalikannyaÂ
Terlepas dari peristiwa ini, mengenal kopi membuat kang Bugi melihat kekayaan alam. Salah satu yang menarik, saat meneliti di daerah Serampas, Jambi yang dulu terkenal pelet dan santet, kini justru terkenal kopinya, kopi Serampas. Citranya jadi positif.
Hobi kang Bugi saat keluar kota atau ke luar daerah selalu membeli biji kopi, bukan kopi bubuk. Agar bisa menggiling dan meracik sendiri.
Agar hasil gilingan kopi bagus, tipsnya jangan menggunakan blender, tapi pakailah grinder manual dan moka pot. Karena bila menggunakan blender hasilnya terlalu halus.
Moka pot adalah alat yang muncul terlebih dulu sebelum mesin kopi. Jadi hasil gilingan kopi dengan moka pot adalah espresso.
Kang Bugi sering membawa moka pot bila keluar kota, karena di hotel sudah tersedia air panas, agar dapat membuat kopi sendiri. Untuk menyaring kopi, kang Bugi juga membawa saringan kopi, karena merasa kurang sreg bila menggunakan kertas seperti V60.
Dari pengalaman kang Bugi, kopi yang ada di nusantara ini kualitas bagus dan rasanya enak, hanya kurang promosi.
Salah satu sebab selalu membeli biji kopi asli, karena di pasar banyak yang dicampur jagung. Makin murah, makin banyak campuran jagungnya. Kalau membeli kopi bubuk, tidak dapat diketahui asal biji kopi. Saat membeli biji kopi, biasanya campuran Robusta dan Arabica. Untuk kopi nusantara, yang paling diminati adalah kopi Gayo.
Kota Bogor ternyata menyimpan legenda tentang kopi. Yang tertua adalah kopi Bah Sipit atau Kacamata yang didirikan 1925, dan kini di rebranding oleh generasi ketiga, lalu yang sering disebut kopinya orang Bogor adalah kopi Liong / Naga yang didirikan 1945. Ada kopi Oplet yang didirikan 1950 dan yang termuda kopi Teko 1960.
Kebiasaan orang Bogor selalu minum kopi hitam tanpa gula atau dengan gula. Uniknya tidak diaduk.
Lalu ada yang menyenangi kopi giling, dan kopi susu dengan susu kental manis. Dan terakhir kopi di kafe-kafe kekinian.