Mohon tunggu...
Sutiono Gunadi
Sutiono Gunadi Mohon Tunggu... Purna tugas - Blogger

Born in Semarang, travel-food-hotel writer. Movies, ICT, Environment and HIV/AIDS observer. Email : sutiono2000@yahoo.com, Trip Advisor Level 6 Contributor.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Asal Muasal Festival Ziarah Kubur

3 Juni 2024   10:20 Diperbarui: 3 Juni 2024   10:20 72
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi (sumber gambar: bangkainsight.id)


Menurut tradisi Tionghoa, anak cucu wajib melakukan ziarah kubur pada perioda Festival Ziarah Kubur. Biasanya dilakukan pada sekitar akhir Maret hingga 5 April (sekitar 2 minggu).

Ziarah kubur ini dilakukan sebagai penghormatan kepada leluhur, khususnya orang tua. Karena ini bersifat budaya, maka tidak peduli agama apa yang sast ini dianut oleh anak cucu. Bedanya bagi yang beragama Kong Hu Cu  menggelar sesaji berupa makanan hingga membakar persembahan dari bahan kertas (bisa uang, mobil, rumah, alat elektronik, dan lain-lain. Sedang yang sudah menganut agama lain hanya mendoakan arwah orang tua tanpa sesaji.

Selain berdoa, anak cucu juga membersihkan dan merawat kuburan / makam orang tuanya. Bila terdapat ketusakan diperbaiki batu nisannya atau rumput yang tumbuh diatasnya.

Festival ziarah kubur ini berasal sejak era dinasti Ming. Adalah seorang anak dari keluarga miskin yang dididik oleh orang tuanya dengan bantuan paderi yang memimpin sebuah kuil. Ketika dewasa, anak ini memutuskan untuk bergabung dengan pemberontak, yang anti terhadap dinasti Mongol. Anak ini sangat pandai bersilat berkat gemblengan paderi di kuil sehingga segera memperoleh kedudukan cukup penting. Akhirnya pemberontak dapat mengalahkan dinasti Mongol, dan anak ini diangkat menjadi kaisar.

Saat sudah menjadi kaisar, anak ini ingin membawa orang tuanya ke istana. Maka pergilah kaisar ke desanya, namun menurut tetangganya, orang tuanya sudah meninggal dunia. Dan karena meninggal dalam suasana perang, maka makamnya tidak diketahui.

Sang kaisar lalu memerintahkan prajurit dan warga desa untuk mencari dengan cara membersihkan tiap makam yang ditemukan. Makam yang telah diziarahi dan dibersihkan., diberi tanda kertas kuning. Namun makam orang tuanya tetap tidak diketemukan.

Kaisar menghentikan pencarian,  namun memerntahkan rakyatnya untuk selalu menziarahi makam orang tua / leluhur dan membersihkannya. Tradisi ini terus berlangsung hingga kini, dan dikenal sebagai Festival Ziarah Kubur.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun