Budaya Tiongkok sarat dengan perlambang. Salah satunya memberi sesaji pada dewa (hantu) dapur saat menjelang Imlek.
Budaya ini memang agak aneh, ada yang menyebutnya sebagai Dewa Dapur, tapi ada juga yang menyebutnya sebagai Hantu Dapur.
Konon menurut cerita, asal muasalnya dari keluarga sangat miskin, dimana seorang suami, Zhang Lan yang terpaksa menjual istrinya pada keluarga kaya.
Tanpa disengaja, Zhang Lan diterima bekerja di rumah orang kaya tersebut. Mantan istrinya yang melihat keadaan mantan suaminya merasa kasihan. Mantan istri lalu membuat roti yang diisinya dengan uang. Tapi dasar Zhang Lan bernasib kurang baik, ia malah menjual roti tersebut dengan harga murah.
Zhang Lan akhirnya mengetahui kebaikan mantan istrinya, dan ia sangat menyesal atas kebodohannya, lalu ia pun bunuh diri.
Jiwa orang yang bunuh diri menurut kepercayaan Tionghoa akan menjadi hantu atau mayat hidup yang dikenal sebagai Jiang Shi. Merasa kasihan pimpinan Dewa mengangkat Zhang Lan menjadi Dewa penguasa dapur atau Hantu penunggu dapur. Ia pun dipersatukan kembali dengan mantan istrinya menjadi sepasang Dewa Dewi atau Hantu penunggu dapur. Sepasang Dewa Dewi atau Hantu penunggu dapur ini hanya boleh ke langit hanya saat menjelang Imlek dengan tugas memberi laporan kepada penguasa langit, tentang keadaan rumah tangga penghuni rumah, dimana dapurnya ditempatinya.
Biasanya menurut tradisi penghuni rumah akan memberikan sesaji kepada Dewa / Hantu dapur, agar memberikan laporan yang baik-baik saja.
Rupanya sejak zaman dahulu, sudah ada niatan manusia untuk menyuap. Bahkan Dewa / Hantu pun disuap.
Percaya pada tradisi ini ? Bila ya silakan memberikan sesaji pada Dewa / Hantu dapur. Bila tidak, anggaplah sebagai dongeng agar keluarga selalu saling bersikap baik. Jadi kita ambil segi positifnya saja.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H