Kalau dulu, berbekal pendidikan yang baik sudah jaminan untuk dapat bertahan hidup. Artinya, dengan ijasah S1 sudah jaminan mudah mendapatkan lapangan kerja. Sementara zaman now, banyak lapangan pekerjaan yang sudah bisa digantikan oleh mesin bahkan oleh aplikasi kecerdasan buatan (Artificial Intelligence - AI).
Lapangan kerja seperti teller bank sudah digantikan oleh mesin ATM, waiter sudah digantikan oleh aplikasi pemesanan dengan tinggal menyentuhkan jari pada komputer tablet, pekerjaan copy writer sudah digantikan oleh aplikasi ChatGPT, Â koki atau chef bahkan dokter, sebentar lagi akan digantikan oleh AI.
Bahkan pekerjaan paling mudah pengemudi taksi akan digantikan oleh AI yang bisa mengoperasikan mobil secara otomatis tanpa sopir, dapat memarkir mobil dengan rapi dan menjemput pemiliknya di lobby bila telah selesai rapat.
Tentu makin sulit untuk mencari lapangan kerja, bekal ijasah S1 sudah jauh tertinggal, karena sekarang sudah banyak orang yang memiliki ijasah S2 atau S3, bahkan lulusan dari universitas kenamaan di luar negeri.
Memang masa depan generasi Z dan selanjutnya akan lebih berat, itulah sebabnya orangtua harus menyiapkan anaknya agar lebih tangguh. Agar dapat bersaing di dunia kerja.
Selain bekal pendidikan tinggi, apakah yang perlu diberikan kepada anak-anak sebagai bekal masa depan ?
Ada tiga hal yang tidak bisa dilakukan oleh mesin, yaitu kreatifitas, imajinasi, dan kemampuan bekerja sama.
Untuk melatih kreatifitas, ajarkan anak-anak kita bermain musik. Memang beberapa sekolah sudah memasukkan kurikulum musik dalam agenda pelajaran disamping seni suara. Kita sering melihat anak-anak menenteng seruling, biola, atau gitar ke sekolah. Namun jam pelajaran musik dirasakan masih terlalu singkat, anak-anak masih perlu dibekali kursus musik, seperti piano, organ, drum maupun trompet / saxophone.
Untuk melatih imajinasi, kenalkan anak-anak kita dengan aktivitas melukis  Memang di sekolah sudah ada pelajaran menggambar, namun waktunya sangat sedikit masih kalah banyak dengan waktu untuk belajar matematika. Anak-anak kita harus dibiasakan mengasah imajinasi dengan belajar melukis.
Lalu untuk melatih bekerjama (teamwork), biarkan anak-anak kita bergabung dalam komunitas olahraga kelompok, seperti sepakbola, futsal, bola basket, volley, dan lain-lain. Biasakan anak-anak bekerjama dalam tim, agar mereka menjadi individu yang menghargai kerjasama, tidak sekedar individual. Kebiasaan bekerjama dalam tim olahraga akan membiasakan anak-anak kita mampu bekerja sama dalam tim saat bekerja.