Bagi pembaca Kompasiana yang merayakan Imlek, diucapkan "Selamat Tahun Baru Imlek, selamat memasuki Tahun Naga Kayu".
Orang Tionghoa mengenal banyak sekali perlambang. Itulah sebabnya ada beberapa pantangan yang perlu ditaati. Namun bagi Anda yang belum mengerti, harap tenang saja menjalani kehidupan di tahun Naga Kayu ini.
Janganlah merasa was-was, karena telah melanggar pantangan. Pantangan hanyalah tradisi yang perlu ditaati. Jangan secara sengaja dilanggar.
Apa saja pantangan pada hari pertama Imlek? Terdapat 8 pantangan, yaitu:
1. Meski menyenangkan bila menerima atau mendapatkan angpao, khususnya bagi anak-anak dan remaja yang belum menikah. Namun Anda dilarang minta angpao. Hukum moral yang berlaku, angpao adalah pemberian.
2. Jangan menggunting atau memangkas rambut / kuku. Juga jangan mengenakan busana yang sudah robek. Justru disarankan isilah dompet setebal mungkin, agar banyak rezeki.
Mengenakan busana yang robek, melambangkan seperti orang melarat / miskin. Sedangkan memotong rambut / kuku, berarti memotong rezeki.
3. Jangan mengenakan busana berwarna hitam atau putih, karena bermakna kedukaan. Disarankan kenakan busana berwarna merah atau keemasan, meski tidak harus baru.
4. Jangan memecahkan gelas atau piring, agar tidak mengalami masalah selama tahun berjalan.
5. Jangan menyapu lantai rumah, dan membuangnya keluar. Boleh menyapu, namun diarahkan ke dalam rumah. Nanti pada hari kedua barulah dibuang keluar rumah. Artinya jangan membuang atau menyapu rezeki.
6. Jangan mengucapkan kalimat atau kata-kata yang menyakitkan orang lain.
7. Jangan makan bubur atau makanan yang pahit, disarankan makanlah makanan yang manis. Agar selama setahun menikmati kehidupan yang manis, misal makan kue keranjang. Sedangkan bubur adalah identik makanan pengemis diwaktu lampau.
8. Jangan menagih atau berutang. Usahakan masalah utang piutang diselesaikan sebelum Imlek.
Setelah Anda mengetahui 8 pantangan ini hendaklah mematuhinya, dan jangan secara sengaja melanggarnya. Agar kehidupan Anda ditahun yang baru selalu harmonis.
Boleh percaya boleh tidak, ini hanyalah tradisi. Janganlah menjadi beban atau merasa sebagai kutukan. Hidup harus selalu berbuat baik terhadap sesama, dan beribadah dengan taat sesuai agama yang diyakini.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H