Mohon tunggu...
Sutiono Gunadi
Sutiono Gunadi Mohon Tunggu... Purna tugas - Blogger

Born in Semarang, travel-food-hotel writer. Movies, ICT, Environment and HIV/AIDS observer. Email : sutiono2000@yahoo.com, Trip Advisor Level 6 Contributor.

Selanjutnya

Tutup

Book Pilihan

Jangan Tulis Buku Wisata

21 Desember 2023   10:00 Diperbarui: 21 Desember 2023   10:11 109
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi (sumber gambar: bonus.ac.id)


Sepuluh tahun yang lalu, penerbit mayor masih berani menerbitkan buku wisata. Saat bincang-bincang dengan seorang editor penerbitan mayor saya mendapatkan kisi-kisi baru.

Apakah itu?

Buku wisata sekarang sudah kalah populer daripada sosial media. Jadi buku wisata yang terlanjur dicetak, hanya akan jadi stock di gudang, karena tidak ada yamg menyentuhnya, apalagi membelinya, bila dipajang di toko buku. Para penulis buku wisata sama nasibnya dengan penulis buku kuliner, karena kepandaiannya disaingi oleh Youtuber.

Sekarang para Youtuber pada saat berwisata, membuat video perjalanannya. Setiba di rumah, ditambahkan narasi lalu diunggah di laman Youtube. 

Misal calon wisatawan ingin pergi ke Labuhan Bajo, mereka tidak mencari buku tentang Labuhan Bajo, namun mengakses konten tentang Labuhan Bajo di Youtube. Jadi, sekarang mereka tidak sekedar menerima informasi saja secara tertulis, bahkan dapat melihat tampilan videonya. Hal inilah yang menyebabkan buku wisata ditinggalkan, alias tidak dicari lagi. Karena hanya menampilkan tulisan saja, sedangkan melalui Youtube mereka bisa mendapatkan informasi melalui narasi plus video destinasi yang akan mereka kunjungi.

Demikian pula halnya dengan buku kuliner, saat Covid merajalela, orang-orang yang hobi memasak tidak membeli buku kuliner, tetapi belajar melalui Youtube, termasuk resep dan cara memasaknya.

Lagi pula sekarang muncul aplikasi video pendek, Reels dan TikTok, makin banyak informasi tentang wisata dan kuliner yang diunggah via Reels dan TikTok.

Jadi, sekarang adalah masa suram bagi para penulis buku wisata dan kuliner. Kalau Anda menulis berdasar hobi dan untuk berbagi saja, cara termudah adalah menerbitkan sendiri dan memasarkannya sendiri. Karena penerbit mayor sekarang sudah tidak mau.lagi menerbitkan buku wisata dan kuliner.

Tentu saja oplagnya akan terbatas, karena hanya dipasarkan dari mulut ke mulut atau melalui atau group pesan singkat.

Semoga pengalaman ini bisa menyelamatkan waktu Anda yang berharga, dengan menulis buku genre lain.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Book Selengkapnya
Lihat Book Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun