Masih di desa Hemu yang terletak pada sebuah lembah, yang dikelilingi pegunungan. Jadi desa ini seakan tertutup, menghasilkan udara hangat sehingga membuat kita betah tinggal disini.
Pemandangannya yang indah dilihat dari sisi manapun. Terkesan sangat damai. Ada rumah kayu, sungai kecil, asap dapur, hutan betula dan warga yang sedang mencari rumput bagi domba-dombanya. Semua ini terkesan bak.lukisan cat minyak.
Bahkan majalah National Geographic edisi Tiongkok pernah menobatkan desa Hemu sebagai desa terindah dengan sebutan tanah dewa.
Berjalan-jalan di desa Hemu, seakan menjadi aktor dalam dongeng anak-anak. Sehingga kita sering lupa waktu karena keindahannya.
Desa Hemu selalu menjadi inspirasi bagi para pujangga dan penulis puisi.
Yang menempati desa Hemu kebanyakan keturunan suku Tuva dari Mongolia. Mereka kebanyakan tinggal di tepi danau Kanas dan sekitar hutan. Dan warga mempercayai mereka adalah keturunan pasukan Jenghis Khan sang penakluk.
Kita tinggal di desa Hemu pada sebuah villa yang dibangun dengan arsitektur kayu bergaya suku Tuva. Konsep arsitekturnya sudah ramah lingkungan, sehingga menjadikannya akomodasi klasik dengan arsitektur modern ekologi untuk nenyambut wisatawan di desa Hemu.
Rumah kayu di desa Hemu sangat unik, suasananya masih prolimitif, seperti rumah kayu misterius yang tersembunyi di hutan pada dongeng-dongeng klasik. Adanya asap yang membumbung, menjadikan bukti masih adanya kehidupan.