Untuk berbicara di depan umum atau publik (public speaking) diperlukan mental yang kuat. Padahal kita sebenarnya sudah terlatih secara tidak sengaja, saat diminta guru maju kedepan kelas dan menyanyi, berdeklamasi atau membacakan sebuah cerita.
Berbicara di depan umum, bermanfaat tidak bagi para calon orator saja, namun juga bermanfaat bagi dosen / guru, mentor atau seorang pemimpin. Dosen / guru harus mampu berbicara dengan baik didepan kelas, mentor harus sanggup berbicara dengan menarik didepan pesertanya, dan pemimpin harus berwibawa tampil didepan anak buahnya Pemimpin disini berlaku untuk bidang apa saja, entah politik, bisnis atau keagamaan.
Seni bicara didepan umum, pada dasarnya suatu kegiatan yang mudah. Hanya dibutuhkan mental yang kuat, karena apa yang kita bicarakan adalah topik dari kita, tentu kita lebih menguasai daripada para pendengar (audience).
Bila kita sudah memiliki mental yang kuat, tinggal mencari simpati atau minat dari pendengar agar mereka mau menyimak dengan baik. Guna memperoleh hal ini, kita harus mencairkan suasana terlebih dulu. Biasanya awalnya terjadi 'gap' antara pembicara dan pendengar, entah karena kurang suka atau pendengar merasa lebih senang mendengarkan hal lain, juga terjadi jurang pemisah antara yang memberi dan diberi.
Diperlukan teknik pencairan suasana atau biasa dikenal dengan istilah 'ice breaking'. Dalam upaya mencairkan suasana, paling mudah adalah memberikan beberapa kisah lucu / lelucon (joke). Karena biasanya orang akan tertarik bila mendengarkan cerita-cerita lucu lalu tertawa. Saat pendengar tertawa, hilanglah 'gap' antara pembicara dan pendengar. Namun janganlah terlalu banyak menyampaikan cerita lucu, cukup 1-3:lelucon sebagai awal dari pembicaraan kita. Ingat kita adalah pembicara (speaker)Â bukan sedang melakukan 'stand up comedy'.
Untuk itu, setiap pembicara biasanya sebelum tampil selalu menyiapkan 1-3 lelucon. Perlunya lebih dari satu lelucon, adalah untuk mengetahui suasana sudah mencair atau belum. Biasakan memberikan lelucon yang umum, jangan yang bersifat garing atau nyinyir yang hanya dipahami orang tertentu saja.
Setelah suasana cair, mulailah menyampaikan teori-teori atau topik masalah yang perlu dibicarakan. Banyaklah menyisipkan contoh-contoh yang sesuai dengan realitas. Hal ini agar Isi pembicaraan kita membumi dan tidak terlalu tinggi di awang-awang sehingga sulit dicerna atau dimengerti oleh pendengar.
Pada akhir pembicaraan, biasakan menutup dengan kesimpulan atau inti pembicaraan, hal ini agar pendengar memperoleh Isi pembicaraan dan tidak menduga-duga.atau melakukan interprestasi masing-masing.
Biasakan berbicara didepan umum, lama kelamaan kita pasti merasa terbiasa, dan tidak merasa grogi lagi. Bisa karena biasa.
Silakan dipraktekkan.