Mohon tunggu...
Sutiono Gunadi
Sutiono Gunadi Mohon Tunggu... Purna tugas - Blogger

Born in Semarang, travel-food-hotel writer. Movies, ICT, Environment and HIV/AIDS observer. Email : sutiono2000@yahoo.com, Trip Advisor Level 6 Contributor.

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Anta Belajar Puasa Penuh

14 April 2023   21:29 Diperbarui: 14 April 2023   21:35 139
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi (sumber: republika.co.id)

Bulan Ramadan sudah datang lagi. Namun keuanganku sejak ditinggal suami tercinta belum juga membaik. Ya, aku adalah orang tua tunggal, dengan seorang anak laki-laki yang tahun ini baru memasuki SMP. Bekerja serabutan dari memasak, menerima cucian, maupun pekerjaan apa saja asal halal. Maklum aku hanya sempat tamat SMP. Namun aku bertekad harus mampu menyekolahkan Anta setinggi mungkin, karena kebetulan anakku diberikan otak yang cerdas, selama sekolah di SD selalu termasuk 10 besar. Meski pandai, aku selalu membekalinya dengan pengetahuan agama, apalagi Anta sudah tidak memiliki tauladan dari ayahnya. Tahun lalu Anta sudah berhasil melakukan puasa setengah hari lengkap dari awal hingga akhir Ramadan. Kini Anta sudah masuk SMP, aku harus mendidiknya untuk beralih dari puasa setengah hari ke puasa lengkap. Bila tahun lalu jam 12.00, Anta sudah berbuka, tahun ini harus buka pada sore hari.

Mengajarkan puasa pada Anta agak mudah, karena anak ini rajin mengaji dan sering mendengarkan ceramah keagamaan. Sehingga dengan menjanjikan sedikit imbalan, Anta dengan senang akan menjalankan ibadah puasa.

Meski hanya puasa setengah hari, namun Anta tetap rajin tadarus dan berzikir. Anta juga tidak pernah mangkir menghadiri salat tarawih. Dia juga selalu memberikan zakat dari uang tabungannya meski nilainya tidaklah besar. Tetapi aku bangga karena selain rajin menunaikan salat, dia ternyata rela juga beramal. Namun tahun ini banyak godaan, karena banyak teman-temannya yang tidak puasa. Sebagai orang tua tunggal, tahun lalu puasanya penuh juga karena ada iming-iming hadiah baju baru.

Aku sangat mengkhawatirkan kalau Anta sampai salah pergaulan, meski di desa, tapi banyak anak-anak yang terperosok ke pergaulan yang tidak baik, menjurus ke tindak kriminal dan penyalah gunaan obat. Anak-anak yang sudah menderita ketergantungan obat, mudah terjebak ke arah tindak kriminal. Hal ini dimulai dari anak-anak yang kurang perhatian dari orang tua, lalu bergaul dengan temannya yang lebih dewasa dan pernah ke kota lalu terkontaminasi kebiasaan orang kota yang mengenal obat terlarang.

Bimbingan kerohanian juga makin menipis di desa, bahkan pernah dimasuki jaringan teroris yang berkedok agama. Namun termasuk garis keras dan berlawanan dengan Pemerintah. Lalu ingin merubah dasar negara. Anak-anak yang terjerumus ke faham ekstreem ini banyak yang tercuci otaknya dan memusuhi orang tuanya, lalu meninggalkan keluarganya dan menjadi anggota teroris. Jadi dalam hal pendidikan kerohanian juga harus hati-hati agar jangan terjerumus ke aliran ekstreem.

Untungnya Anta adalah anak yang baik, masih mau mendengarkan dan menuruti larangan orang tua, tidak rewel meski harus hidup sederhana, walau kadang-kadang melawan tapi bila sudah disadarkan mau menyesali kesalahannya.

Hidupku sebagai orang tua tunggal sangat berat, selain harus memikirkan mencari nafkah guna hidup sehari-hari juga harus mengawasi tingkah laku Anta agar jangan sampai terjerumus dalam pergaulan yang salah. Untungnya, kami hidup di desa, yang semuanya dekat, sehingga masih mudah melakukan pengawasan sambil bekerja.

Karena penghasilanku belum membaik, aku tidak berani menjanjikan hadiah yang lebih menarik agar Anta bisa puasa sepenuhnya. Selama seminggu diawal bulan Ramadan, Anta hanya puasa setengah hari. Kalau diminta puasa lengkap, Anta menantang mau diberi hadiah apa. Kali ini Anta minta sepatu sepak bol. Maklum anak ini hobinya sehari-hari main sepak bol, bahkan hingga tangannya terkilir dia masih tidak jera.

Setelah kuhitung-hitung, masih bisalah membelikan Anta sepatu sepak bol, meski dampaknya terimbas padaku. Tidak ada lagi uang yang bisa untuk membeli baju baru bagiku maupun bagi Anta. Namun sebagai orang tua tunggal, aku rela yang peting anakku  mampu menjalankan perintah agama dengan baik meski banyak godaan buruk dari teman-temannya. Yang peting Anta tetap melaksanakan ajaran agama, meski teman-temannya berusaha menggodanya agar puasanya batal. Memang aku harus mengawasinya super ketat, agar Anta tidak terpengaruh godaan temannya.

Kadang aku mendengar saat Anta digoda, dan langsung aku ingatkan Masih mau sepatu sepak bol, ya harus tetap puasa. Untungnya Anta segera ingat dan tidak mendengar ajakan temannya. Memang aku harus mengawasi dengan ketat, karena anak ini berpuasa belum dengan kesadarannya sendiri, masih ada yang perlu diberikan sebagai hadiah. Jadi masih ada pamrihnya, namun sebagai anak-anak hal ini adalah sarana menuju tujuan yang baik. Belajar berpuasa hingga sebulan penuh tanpa jedah, meski harus dengan imbalan hadiah. Semoga tahun depan, Anta sudah nenyadari arti puasa karena sudah nenginjak remaja.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun