DPD HPI (Himpunan Pemandu wisata Indonesia) DKI Jaya guna memperkaya wawasan anggotanya tahun ini akan mengadakan seminar / kunjungan ke berbagai destinasi. Acara pengayaaan pertama dilakukan kemarin 13 April 2023 dengan melakukan kunjungan ke destinasi yang sering diminati di Jakarta, khususnya untuk wisata religi, yaitu simbol hidup toleransi di Indonesia, mesjid Istiqlal dan Katedral.
Diikuti sekitar 30 orang baik pengurus HPI, anggota, maupun undangan. Kami berkumpul di pintu 5 Al Fattah, lalu mulai memasuki mesjid terbesar di Asia Tenggara ini.
Rombongan diterima di ruang Humas mesjid Istiqlal oleh salah seorang pemandu wisata mesjid Istiqlal, Pak Didi yang nanti akan memandu kami selama kunjungan.
Bangunan mesjid yang sudah berusia 40 tahun lebih ini baru saja selesai  direnovasi. Karena bersifat cagar budaya maka bentuk asli tidak boleh dirubah. Jadi renovasi hanya menyentuh halaman umum, seperti tempat parkir, pencahayaan (lighting), penempatan pentipan alas kaki di bagian luar dan dibangunnya terowongan silaturahmi yang menghubungkan mesjid Istiqlal dengan Katedral. Usulan membangun jembatan penyeberangan ditolak, karena tidak memiliki marwah toleransi.Â
Sayang sekali terowongan silaturahmi ini belum dibuka untuk umum, meski sudah jadi, karena belum diresmikan. Sekarang kendaraan tidak dapat parkir didekat mesjid, harus di basement, sedang bus hanya dapat menurunkan penumpang didepan mesjid, lalu bus parkir di IRTI dan menjemputnya kembali bila rombongan telah selesai berkunjung.
Mesjid Istiqlal terbuka untuk semua golongan, Muslim maupun non Muslim, asal berpakaian sopan, khusus wanita harus mengenakan kerudung dan mematuhi peraturan mesjid.
Jadwal kunjungan sudah diatur pada jam 10.00-11.30, 13.00-15.00 dan 15.30-16.30, terdapat dua kali jedah (break) pada saat pelaksanaan sholat. Tiap hari Jum'at tidak menerima kunjungan, atau bisa dilakukan  dengan persetujuan khusus manajemen mesjid Istiqlal. Setiap kunjungan harus didampingi pemandu dari mesjid Istiqlal meski sudah didampingi pemandu wisata.
Mesjid Istiqlal mulai dibangun tanggal 25 Agustus 1961 diatas reruntuhan benteng Belanda, didekat Taman Wilhelmina dan cukup berjauhan dengan kawasan Muslim.
Dibangun berdasar disain dari Ir. Frederice Silaban, asal Medan yang sudah memiliki kantor di Jakarta. Sempat mangkrak karena adanya mega proyek, seperti stadion Gelora Bung Karno sehingga baru selesai 22 Februari 1978.
Dibangun diatas tanah seluas 9,5 ha, berdisain minimalis, yang tidak lekang oleh zaman dan menyiratkan kemodernan Indonesia, berbentuk kotak Menggunakan bahan stainless steel dari Jerman dan marmer Italia, sehingga kuat, anggun, sejuk dan dingin. Mesjid Istiqlal juga sempat menerima predikat green building karena memiliki hutan kecil dan ventilasi terbuka.