Mohon tunggu...
Sutiono Gunadi
Sutiono Gunadi Mohon Tunggu... Purna tugas - Blogger

Born in Semarang, travel-food-hotel writer. Movies, ICT, Environment and HIV/AIDS observer. Email : sutiono2000@yahoo.com, Trip Advisor Level 6 Contributor.

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Mengenal Saung Ranggon di Cikarang (Tulisan ke 2 dari 3)

27 Februari 2023   01:00 Diperbarui: 3 Maret 2023   19:37 3880
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Saung Ranggon (sumber: detik com)

Click baru saja mengunjungi Saung Ranggon di desa Cikedokan, Cikarang Barat.

Saung Ranggon ini termasuk wisata sejarah atau wisata budaya untuk melestarikan tradisi, bagi kawasan Cikarang yang belum terlalu banyak diketahui orang

Untuk nenuju lokasi ini dari stasiun Cikarang harus ganti moda transportasi lain, seperti kendaraan yang disewa atau menggunakan transportasi daring  karena jaraknya cukup terpencil dan masih cukup jauh serta  membutuhkan waktu perjalanan sekitar 1-2: jam tergantung tingkat kemacetan lalu lintas, tidak mungkin rasanya dijangkau dengan jalan kaki.

Bila memiliki kendaraan pribadi lebih menguntungkan, karena jaraknya cukup terpencil, itulah sebabnya dulu sangat bermanfaat sebagai tempat persembunyian / pelarian  bagi tokoh-tokoh perjuangan yang anti penjajahan.

Nama desa inipun berasal dari asal kata kedok, karena fungsi kedok untuk menyamar. Jadi banyak pelarian yang berdiam disini dan menjadi leluhur warga desa.

Saung Ranggon ini telah didirikan pada abad 16, sehingga sangat tepat bila dijadikan cagar budaya, artinya tempat ini dilestarikan sebagai bukti sejarah dan tidak akan tergusur oleh laju pembangunan.

Bangunan berupa rumah panggung yang berbahan kayu ulin ini, sangat kokoh dan masih dalam kondisi baik sampai sekarang  untuk memasuki rumah ini harus seizin juru kunci (kuncen).

Bangunan ini berdiri diatas tanah seluas kira 500 meter persegi dengan panjang 7,6 meter, lebar 7,2 meter dan tinggi 2,5 meter. Beratapkan sirap kayu, dan tanpa jendela. Disekitarnya terdapat rumah yang ditinggali juru kunci, mushola, toilet, sumur, rumah makan dan tempat parkir.

Juru kunci (dokpri)
Juru kunci (dokpri)

Karena sebagai tempat persembunyian, jendela yang ada sengaja tidak dibuka. Untuk memasuki rumah panggung harus melalui tujuh anak tangga. Bangunan tidak dipaku tetapi menggunakan sistem pasak.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun