Mohon tunggu...
Sutiono Gunadi
Sutiono Gunadi Mohon Tunggu... Purna tugas - Blogger

Born in Semarang, travel-food-hotel writer. Movies, ICT, Environment and HIV/AIDS observer. Email : sutiono2000@yahoo.com, Trip Advisor Level 6 Contributor.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Jangan Menyesal Setelah Usia Tak Muda Lagi

14 Februari 2023   05:00 Diperbarui: 14 Februari 2023   05:08 417
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Child free (sumber: geotines id)

Paham 'child free' adalah paham mau menikah tetapi tidak ingin memiliki keturunan atau anak. Pada umumnya paham ini didukung keinginan untuk bisa bebas, bukan karena tidak mau bertanggung jawab.

Saya banyak mengenal mereka yang menganut paham 'child free' berkecukupan secara materi, jadi mereka tidak akan kekurangan dana untuk membesarkan, mendidik dan memberi kehidupan yang layak bagi anak-anaknya nanti. Pada umumnya alasan utama adalah tidak mau repot, tidak mau kehilangan kebebasan, bahkan sering diikuti paham hidup melajang alias tidak menikah.

Mereka terbiasa hidup bebas, tidak mau terikat dengan keluarga, sering bepergian ke luar kota bahkan ke luar negeri. Naik gunung, keluar masuk hutan, menyusuri pantai, mengunjungi banyak gua, pokoknya bersifat sangat mobile. Juga urusan bisnisnya sangat intens, kantor cabang di pelosok dunia, harus menghadiri rapat dan mengunjungi konferensi & pameran di banyak lokasi. Adanya keluarga, khususnya anak dapat menghambat kegiatan mereka, karena anak sakit, anak rewel atau masalah remeh temeh lainnya.

Pengambilan keputusan memilih paham 'child free' biasanya dilakukan pada masa produktif atau saat berusia muda Cobalah berpikir lebih maju kedepan, setelah mereka memasuki usia paska tugas.

Setelah kesibukan berkurang, banyak waktu luang, memang masih bisa bepergian keliling dunia. Namun bagaimana bila mendetita sakit? Memang mereka bisa membayar beaya rumah sakit serta menggaji perawat pribadi dengan uangnya yang berlimpah. Tapi apakah yang dibayar itu akan melayani dengan tulus? Bisa ya, bisa tidak.

Memang memiliki anak juga sebuah taruhan, anak kita bisa menjadi anak yang berbaktii atau anak yang tidak berbakti. Namun pada umumnya, selama orang tua memberikan pendidikan moral yang tepat, hampir dapat dipastikan anak akan bersedia mendampingi orang tuanya dengan baik.

Memang orang tua tidak berhak menuntut anak untuk memberikan perhatian habis-habisan pada orang tuanya, karena anak juga harus bekerja.  Namun bagaimanapun juga ketulusan seorang anak tentu berbeda bila dibandingkan dengan orang gajian.

Setulus-tulusnya cara merawat seorang perawat, tentu akan kalah bila dibandingkan ketulusan seorang anak yang memiliki hubungan darah.

Jadi, selain paham 'child free' ini tidak selaras dengan pandangan agama manapun, maupun  dari segi kesehatan khususnya bagi perempuan, faktor saat usia kita sudah tidak muda perlu menjadi pertimbangan juga.

Jangan menyesal setelah terlambat, karena kita terlalu pongah di kala masih kuat. Mari kita renungkan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun