Walaupun sudah terlambat, namun minggu ini masih suasana Imlek. Jadi tulisan tentang malam Imlek masih relevan untuk dibaca. Tiap malam Imlek atau malam hari sebelum hari H Imlek, seluruh keluarga berkumpul. Hal ini sekaligus sebagai reuni keluarga, anak dan cucu yang berada di luar negeri atau di luar kota bila memungkinkan pasti akan menyempatkan datang.
Dulu masakan disiapkan oleh Ibu (nyonya rumah), sekarang sudah ada catering bahkan hotel yang menyediakan paket malam Imlek. Acara makan malam bersama pada malam Imlek ini dikenal dengan nama 'Tjia Gwee Tjie It" atau "Cap Sa Meh" atau malam sincia.
Acara ini dirayakan dengan meriah di Batavia (Betawi, sekarang Jakarta) oleh Tionghoa peranakan (babah dan nyonya), juga di Tangerang. Sehingga ada lagunya dalam genre gambang kromong.
Para lelaki berbusana jas tutup, sedang perempuan berbusana kain sarung batik corak pesisir peranakan dengan kebaya encim. Meja sembahyang juga dihias dengan manisan yang disebut 'tjenap'. Hidangan yang pasti tidak ketinggalan adalah pindang ikan bandeng, manisan dan jeruk.
Pada sore hari kepala keluarga memimpin upacara sembahyang di meja altar leluhur (meja abu), yang diulang kembali menjelang tengah malam. Setelah acara sembahyang selesai, seluruh keluarga berkumpul dalam satu meja untuk makan malam bersama. Inilah makna kekerabatan dan kekeluargaan yang sangat tinggi.
Selesai makan malam bersama, para perempuan asyik bermain ceki atau maciok sampai pagi.
Pada malam sincia juga ada hiburan musik gambang kromong dengan tari cokek, yang dimainkan oleh warga lokal. Sementara hiburan untuk anak-anak adalah pagelaran wayang potehi di halaman klenteng. Wayang potehi adalah pertunjukan wayang boneka dengan cerita Cina klasik.
Pada era modern sekarang, tradisi ini sudah hampir hilang di Jakarta (dulu Batavia). Hanya beberapa keluarga yang masih melakukannya namun tanpa acara sembahyang lagi, karena pada umumnya sudah banyak yang beralih agama. Hanya tradisi makan malam bersama yang masih bertahan. Acara semacam ini masih banyak ditemukan di Tangerang  pada umumnya di lingkungan Cina Benteng. Era sekarang sering dimeriahkan dengan pertunjukan barongsay dan naga / liong.
Demikianlah tradisi malam sincia di Batavia dan pesisir yang dulu sangat meriah. Menjadi warisan budaya yang pernah ada di Indonesia.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H