Bagi kita yang diahirkan dalam keluarga Jawa, tentu terbiasa makan dengan tangan atau sendok terbuat dari daun (suru). Sedang mereka yang diahirkan dalam keluarga yang pernah mengenyam sekolah Belanda (Mulo, HBS dan sejenisnya) atau pernah kuliah di luar negeri tentu mengenal table manner dengan beberapa jenis sendok, garpu dan pisau. Minimal sendok dan garpu atau pisau dan garpu.
Namun bagi mereka yang dilahirkan dalam keluarga keturunan Tionghoa tentu mengenal alat makan yang disebut sumpit. Alat makan ini juga sering digunakan di negara Asia Timur lainnya seperti Jepang dan Korea.
Sumpit mulai digunakan kira-kira 5000 tahun yang lalu.
Sumpit adalah alat makan yang terbuat dari macam-macam bahan, berbentuk dua pentungan kecil yang ukurannya dan Bentuknya sama.Yang termurah terbuat dari bambu, hingga yang termahal terbuat dari kayu ulin hingga keramik.
Sumpit selalu sepasang yang melambangkan sifat positif dan negatif., Yin dan Yang, baik dan buruk, tinggi dan pendek serta panas dan dingin.
Sumpit juga melambangkan langit dan bumi. Maka cara memakainya bukan diujung tetapi ditengah. Ujung sumpit berbentuk bulat, sedang pangkalnys seperti kotak.
Rumah makan China sering menyediakan sumpit sebagai cindera mata bag pelanggannya yang telah bertransaksi pada nilai tertentu.
Sumpit memiliki panjang 7,6 inci dan sangat dalam arti filosofi kehidupannya. Artinya, melambangkan 7 perasaan dan 6 keinginan.
Manusia memiliki 7 perasaan yaitu marah, sedih, sengsara, takut, kawatir, senang dan gembira. Sedang manusia memiliki 6 keinginan yang muncul dari Indera kita, yaitu pikiran, tubuh (kulit),
mata, telinga, lidah dan hidung.
Lalu sumpit harus digunakan dengan lima jari, yang merupakan 5 unsur yang ada di dunia, yakni logam, kayu, air, api dan tanah. Ke 5 unsur ini melambangkan  kesetiaan, cinta kasih, kebijakan, kesopanan dan kepercayaan.