Mohon tunggu...
Sutiono Gunadi
Sutiono Gunadi Mohon Tunggu... Purna tugas - Blogger

Born in Semarang, travel-food-hotel writer. Movies, ICT, Environment and HIV/AIDS observer. Email : sutiono2000@yahoo.com, Trip Advisor Level 6 Contributor.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Manakah Teman Sejati?

24 Desember 2022   05:00 Diperbarui: 24 Desember 2022   05:29 142
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik


Kini sudah era digital, kita selalu memiliki akun sosial media, agar tidak dianggap kuper (kurang pergaulan). Akun itu bisa Facebook, Instagram, YouTube, TikTok, Twitter, WhatsApp, Reel dan nasih banyak lagi

Bahkan untuk menjadi buzzer atau influencer, syaratnya harus memiliki pengikut jutaan bahkan miliar.

Uniknya pertemanan di sosial media ini semu, dan penuh basa basi. Coba kita perhatikan banyaknya teman yang latah, asal ikut-ikutan. Misal mengunggah ucapan 'selamat pagi" melalui WA, dalam waktu sekejap muncul ucapan serupa. Demikian pula dengan unggahsn "selamat ulang tahun' bahkan lengkap dengan gambar kue tart plus lilinnya. Group WA lalu penuh dengan ucapan selamat ulang tahun'. Baik dari yang betul-brtul kenal hingga yang ikut-ikutan saja.

Yang lebih parah lagi, anak atau cucu ulang tahun juga diunggah, akibatnya group WA penuh dengan kelatahan. Ironisnya, bila orang pertama salah, banyak diikuti oleh temannya yang asal latah. Padahal kenal dengan sang anak atau cucu juga tidak.

Demikian pula dengan sosial media yang lain, seperti YouTube, Instagram atau Reel ramai-ramai memberikan 'Like'. Apakah kontennya benar-benar bermanfaat bagi orang lain? Uniknya lagi yang ikut kompetisi dengan hadiah bagi konten dengan 'Like' terbanyak, tanpa malu-malu minta temannya untuk 'Like'.

Apakah ini kompetisi yang sehat? Kompetisi yang sehat harus adu Isi konten, bukan banyaknya pertemanan saja.dan uniknya, tiap individu dalam sebuah komunitas merasa "berdosa" bila tidak memberikan "Like" atau memberikan ucapan, akibatnya semua jadi latah. Meski tidak nengenalnya secara baik.

Jujur saja pertemanan di dunia maya ini memang mengasyikkan, kita bisa berteman dengan orang dimana saja, di seluruh Indonesia bahkan yang di luar negeri. Namun apakah pertemanan melalui sosial media ini suatu pertemanan sejati?

Bisa ya, bisa tidak. Maka sebaiknya kita harus bisa memilah mana teman yang sejati dan mana yang ikut-ikutan saja.

Pertemanan yang sejati adalah pertemanan tatap muka atau temu darat. Seperti saat kita kecil pergi bersama-sama bersepeda keliling kota. Sekarangpun masih bisa kita lakukan, temu darat dengan gowes bersama, atau sekedar minum kopi bersama.

Memang sosial media ada keuntungannya, bila teman kita nun jauh disana. Melalui sosial media kita dapat berkominikasi dalam hitungan detik, tidak perlu nenunggu pak pos berhari-hari atau telepon internasional yang biayanya sangat mahal

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun