Mohon tunggu...
Sutiono Gunadi
Sutiono Gunadi Mohon Tunggu... Purna tugas - Blogger

Born in Semarang, travel-food-hotel writer. Movies, ICT, Environment and HIV/AIDS observer. Email : sutiono2000@yahoo.com, Trip Advisor Level 6 Contributor.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Hidup Selalu Ada Hikmahnya

27 November 2022   05:00 Diperbarui: 27 November 2022   05:00 379
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi hikmah (sumber: detik.com)


Kita bila sedang dalam suasana senang berlimpah harta dan prestasi, biasanya sering lupa diri bersenang-senang secara berlebihan. Sebaliknya, bila sedang dalam suasana duka, sakit, miskin, menganggur, kita akan mengeluh dan merasa yang memiliki nasib paling buruk.

Tetapi seharusnya, kita sebagai manusia harus hidup sewajarnya saja. Saat diatas kita berlaku sederhana dan selalu bersyukur, saat dibawah kita menjalaninya dengan tawakal dan ikhlas.

Percayalah, bahwa didalam kehidupan, pasti ada hikmahnya. Saat kita kaya, kita wajib menolong yang kesusahan, pada saat kita miskin kita sanggup menjalaninya dengan pasrah. Ini bukannya tidak mau merubah nasib, nasib harus selalu diperjuangkan. Agar roda kehidupan selalu berputar, dari yang susah menjadi senang.

Ada sebuah cerita yang pantas dijadikan contoh untuk inspirasi. Adalah seorang raja yang mempunyai ajudan yang bijak. Suatu hari raja dan ajudannya pergi berburu. Tapi nasib malang, menimpa raja, ia mengalami kecelakaan sehingga telunjuknya terpotong oleh pisau belatinya sendiri. 

Ajudan dan semua orang berusaha menghibur raja, namun raja sedih dan marah. Ajudan dalam nasehatnya mengatakan bahwa sesuatu itu pasti ada hikmahnya. Raja murka, lalu memenjarankan sang ajudan.

Suatu saat raja pergi berburu lagi dengan ajudan barunya. Karena tersesat di hutan, akibatnya raja ditawan  dan dijadikan persembahan oleh suku primitif. Setelah diketahui tubuh raja tidak sempurna, karena tekunjuknya sudah terpotong, dianggap cacat dan tidak patut dijadikan persembahan. Lalu suku primitif itu membebaskan raja.

Setiba di istana, raja teringat pada ajudan lamanya, Dan membebaskannya dari penjara. Alasannya, karena terpotongnya telunjuknya merupakan hikmah sehingga raja dibebaskan untuk dijadikan persembahan dalam ritual suku primitif.

Sebaliknya sang ajudan lama juga berterima kasih pada raja, karena telah di penjara. Akibat di penjara, dia tidak menjadi persembahan ritual suku primitif seperti nasib ajudan raja yang baru. Itulah hikmah pada sebuah kehidupan.

Jadi, hal buruk yang sedang kita alami, tetap perlu kita syukuri. Karena pasti ada hikmahnya. Biarlah kondisi buruk, ini menjadi sukses yang tertunda.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun