Tanpa disadari waktu cepat berlalu. Anak yang dulu baru lahir, sering kita gendong-gendong, kini sudah bermeta morfosa menjadi seorang remaja putra yang gagah dan tampan atau remaja putri yang cantik.
Saat anak masih belum remaja, kita masih dengan mudah mengajaknya bepergian bersama. Kini setelah anak menjadi remaja, sangat sulit mengajak pergi bersama, karena anak sudah memiliki agenda sendiri.
Dan lebih mengagetkan lagi bila anak suatu hari memperkenalkan pada kita selaku orang tua, temannya yang disebut pacar.
Apakah kita akan melarangnya seperti yang dilakukan orang tua kita di masa lalu? Sebaiknya jangan, lebih baik kita mengarahkan pada sikap yang tepat, daripada dilarang, anak kita akan berpacaran secara backstreet.
Yang perlu kita lakukan adalah mengarahkan anak agar :
1. Mengamati latar belakang si pacar.
Bagaimanapun kaidah 'bibit, bebet, bobot' itu Palin tepat untuk melakukan seleksi. Sebelum hubungan mereka terlalu dalam, seleksi ini harus dilakukan. Apakah si pacar berasal dari keluarga baik, apakah si pacar status keluarganya sepadan dengan keluarga kita, apakah si pacar memiliki tingkatan yang sepadan dengan anak kita.
Bila ternyata si pacar berasal dari keluarga broken home, harus diarahkan kepada anak kita untuk lebih siap menghadapi sikap pacarnya yang tertutup. Bila status keluarganya lebih tinggi / rendah, apakah anak kita siap menerima perbedaan yang ada. Bila status pribadi antar anak berbeda terlalu jauh, apakah dapat menerima, misal beda usia, beda latar belakang pendidikan.
2. Tetap fokus pada pendidikan
Meski sudah berpacaran, tetap fokus pada pendidikan kuliah atau sekolah. Berpacaran justru harus dijadikan motivasi untuk berhasilnya menyelesaikan pendidikan. Harus memacu prestasi, jangan prestasi menjadi menurun.