Mohon tunggu...
Sutiono Gunadi
Sutiono Gunadi Mohon Tunggu... Purna tugas - Blogger

Born in Semarang, travel-food-hotel writer. Movies, ICT, Environment and HIV/AIDS observer. Email : sutiono2000@yahoo.com, Trip Advisor Level 6 Contributor.

Selanjutnya

Tutup

Trip

Keraton Surosowan, Melihat dengan Imajinasi

5 November 2022   05:00 Diperbarui: 5 November 2022   05:42 759
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik


Ketika kita tiba di Masjid Agung Banten, waktu salat belum tiba. Maka kita berjalan kaki menuju Museum Banten. Ternyata Museum Banten tutup pada hari Sabtu, sehingga kita hanya dapat melihat benda-benda bersejarah yang diletakkan di luar museum. Misalnya meriam Ki Amuk, yang konon kembarannya berada di Lapangan Fatahilah, Kota Lama, Jakarta. Selain itu kita juga dapat melihat batu untuk penggilingan tebu.

Kita lalu menyeberang menuju Keraton Surosowan. Keraton ini terletak di Desa Banten, Kecamatan Kasemen, Kota Serang, tepatnya diseberang masjid Agung Banten. Seperti halnya situs Kaibon yang kondisinya hancur, Keraton Surosowan ini juga kondisinya hancur. Sangat disayangkan Keraton yang indah menurut juru kunci yang menemani kita meninjau Keraton. Keraton ini meski dalam kondisi hancur, selalu dalam keadaaan terkunci. Hanya dengan juru kunci, kita dapat memasuki Keraton Surosowan yang bentuknya dikelilingi pagar menyerupai benteng.

Juru kunci hanya dapat memperlihatkan bekas-bekas-bekas Keraton ini, pondasi, lantai, ruangan dan pemandian.

Puing-puing (dokpri)
Puing-puing (dokpri)

Keraton Surosowan ini pertama kali dibangun oleh sultan pertama Banten, Sultan Maulana Hasanudin sekitar abad 16 yang dihadiahi tanah setelah ayahnya yang berperang bersama Sunan Gunung Jati berhasil menaklukkan wilayah Banten.

Pertama kali keraton ini dibangun dengan dinding keliling dari batu bata. Baru pada fase kedua, dinding diubah menjadi benteng untuk menahan serangan musuh.

Sedang pada fase ketiga baru ditambahkan beberapa kamar. Dan pada fae keempat ditambahkan tiga kolam, untuk tempat mandi Sultan, permaisuri dan anak-anak Sultan. Tiga kolam itu dinamai Rara Denok, Pancuran Mas dan Sumur Kejayaan.

Sumur Kejayaan (dokpri)
Sumur Kejayaan (dokpri)
Menurut juru kunci, meski sudah hancur, kolam ini masih dialiri air. Meski tampak kotor dan berlumut, tetapi warga yang percaya, tetap aman saat meminumnya seakan air bersih.

Air dari kolam ini berasal dari danau Tasikardi yang telah difilter di Pengindelan Abang.

Selain kolam, kita masih dapat menyaksikan puing-puing bekas ruangan / kamar serta lantai tempat Sultan melakukan tausiah.

Keraton Surosowan ini pernah mengalami penghancuran pertama kali saat terjadi perang saudara di Banten. Antara Sultan Ageng Tirtayasa melawan sultan yang bermitra dengan VOC. Karena kalah, sebelum meninggalkan Keraton, Sultan Ageng Tirtayasa sempat membakarnya.  Sultan yang dibantu oleh VOC ini akhirnya  memperbaikinya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun