Mohon tunggu...
Sutiono Gunadi
Sutiono Gunadi Mohon Tunggu... Purna tugas - Blogger

Born in Semarang, travel-food-hotel writer. Movies, ICT, Environment and HIV/AIDS observer. Email : sutiono2000@yahoo.com, Trip Advisor Level 6 Contributor.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Manfaat PR bagi Siswa

1 November 2022   05:00 Diperbarui: 1 November 2022   05:06 2665
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
PR (sumber: binus.ac.id)

Akhir-akhir ini ada kecenderungan baru untuk menghilangkan PR (Pekerjaan Rumah) yang dianggap nemberatkan bagi siswa.

Benarkah kebijakan ini? Memang kalau diperhatikan jadwal belajar mengajar sekarang sangat padat. Jam sekolah yang tadinya selesai jam 12 siang, kini bisa berakhir jam 15 bahkan hingga jam 17. Belum lagi niatan orang tua berduit yang memaksakan anak untuk mengambil pelajaran tambahan, berupa les private. Atau les musik (piano, gitar, seruling atau terompet), bela diri, les bahasa asing dan lainnya.

Tampaknya dari hari ke hari, agenda anak sekolah sangat padat, apalagi bila harus ditambah harus mengerjakan PR dari gurunya.

Namun bila dikaji lebih mendalam, tugas membuat PR sebenarnya adalah latihan untuk memahami pelajaran yang sudah diterima oleh siswa. Bila siswa sudah dapat menerima pelajaran dengan seksama, pastilah siswa tidak kesulitan saat mengerjakan PR. Jadi, boleh dikatakan mengerjakan PR sama saja dengan belajar.

Siswa yang rajin mengerjakan PR, akan otomatis menguasai bahan pelajaran. Bahkan karena seringnya berlatih, saat menghadapi soal ujian akan muncul dengan sendirinya, sehingga tidak mengalami kesulitan saat mengerjakan soal ulangan / ujian.

Lebih baik siswa berlatih dengan mengerjakan PR daripada dengan dihilangkannya PR, siswa malahan sibuk dengan game pada gawai atau komputernya.

Melatih untuk mengulang  pelajaran yang telah diterima, jauh lebih baik melalui PR karena siswa jadi benar-benar memahami pelajaran. Tanpa berlatih dengan PR sepertinya tidak mungkin siswa akan langsung mengulang pelajaran yang diterimanya pada hari itu.

Bagi guru juga bermanfaat sebagai evaluasi, apakah cara nengajarnya sudah bener. Bila siswa gagal mengerjakan PR berarti cara nengajarnya kurang tepat dan harus diperbaiki dan diulang sehingga siswa benar-benar mengerti.

Jadi kesimpulannya, menghilangkan PR adalah kebijakan yang kurang tepat karena tidak ada cara untuk mengevaluasi cara pemberian pelajaran yang telah disampaikan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun