Indonesia terkenal memiliki banyak variasi batik. Dari Aceh hingga Papua memiliki corak khasnya masing-masing. Kebanyakan mengusung kearifan lokal, misal batik Cibuluh Bogor memiliki corak talas, pala, rusa, atau hujan.
Meski Pekalongan, Solo, Cirebon, Banyumas, Yogya dan Lasem sangat terkenal, namun tiap daerah memiliki coraknya yang khas. Batik Solo dan Yogya lebih cenderung berwarna gelap, sedang batik Pekalongan dan Lasem lebih berwarna terang menyolok.
Nah, bila kita ke Bogor, tentu ingin memiliki batik khas Bogor. Nah tempat terbaik yang dapat dituju adalah Kampung Batik Cibuluh.
Sebelum Cibuluh menjadi kawasan batik, Dina dengan batik Pancawatinya telah memulai lebih awal tepatnya tahun 2014. Kampung Batik Cibuluh baru berdiri 2019. kini telah memiliki sekitar 40 pengrajin.
Pengusaha batik rata-rata memasarkan dua jenis batik, yakni batik cap yang diproduksi massal dan biasanya lebih murah, dan batik tulis yang eksklusif, pembuatan lebih lama dan biasanya lebih mahal.
Saat kami mengunjungi Galeri batik Pancawati, kami disuguhi "banci" (bandrek Cibuluh) dan kue brownies. Sebagai pioneer batik di Cibuluh, Pancawati tampak lebih siap, produknya lebih banyak dan sudah memiliki etalase atau ruang pamer.
Saat kami tiba di Kampung Batik Cibuluh, yang kami lihat di sepanjang jalan adalah mural dengan motif batik. Lalu kami disambut pemandu yang merupakan generasi muda Kampung Batik tersebut.
Meski terdapat banyak galeri, karena keterbatasan waktu kami hanya mengunjungi 4 galeri batik. Yang pertama adalah Galeri batik Sadulur, yang dimiliki satu keluarga. Ibu-ibu pembatik mengaku pada awalnya mereka adalah penjual kuliner, misal mie ayam. Dan uniknya, menurut pengakuan seorang Ibu, hasil berjualan mie ayam jauh lebih bagus daripada berjualan batik, itulah sebabnya berjualan batik hanya berdasar pesanan saja. Mungkin perlu kiat pemasaran yang lebih jitu, agar Kampung Batik Cibuluh bisa setenar Kampung Batik Trusmi di Cirebon.