Sebuah museum lain yang dari luar tampak seperti bangunan Bali, namun masih tampak kesan Sundanya  Museum ini adalah Bale Indung Rahayu.
Saat memasuki museum ini, kita akan disambut patung mojang dan akang berbusana tradisional Sunda. Lalu memasuki ruangan yang sengaja didesain gelap, menyerupai kondisi didalam rahim Ibu. Kemudian digambarkan transisi perubahan bentuk bayi dari masa 1 hingga 9 bulan. Digambarkan pula upacara 7 bulan kehamilan.
Digambarkan istilah adat saat melahirkan bagi orang Sunda. Meski sudah ada pemandu, bagi pengunjung yang tidak bisa berbahasa Sunda, akan kesulitan memahami diorama yang ditampilkan.
Kemudian digambarkan situasi bayi yang telah bertransformasi menjadi anak kecil, dengan aneka permainan khas Priangan, seperti engklek, dakon, catur Jawa dan lain-lain.
Kemudian digambarkan saat manusia bertani, alat-alat pertanian hingga lumbung padi khas Sunda.
Hingga ruangan ini, Isi museum ini sangat bermanfaat untuk menumbuhkan rasa sayang seorang anak pada ibunya. Dan kita sangat tertarik melihat evolusi manusia dari janin hingga menjadi manusia yang harus bertani.
Ruangan berikutnya, pengunjung diajak merenungkan kehidupan dari masa dewasa hingga meninggalkan dunia ini. Diawali dengan  arsitektur bangunan Sunda, termasuk dapur orang Sunda yang disebut pawon, alat musik Sunda, tanaman untuk lalab yang populer dikalangan warga Sunda, hingga kuliner khas Sunda, seperti Sate Maranggi dan karedok. Â
Dan terakhir ditampilkan Bambu yang memiliki fungsi dari muda hingga tua. Muda dapat dimakan sebagai rebung, bila tua dapat menjadi titian di pematang sawah, yang digambarkan kita harus melalui titian bambu ini saat keluar meninggalkan museum. Disini tersirat filosofi bahwa manusia hendaknya berguna dari sejak lahir hingga dewasa.
Museum ini sangat layak dikunjungi, sebagai sarana edukasi untuk mendalami kehidupan manusia dari mulai dikandung, dilahirkan, mengalami masa anak-anak dengan permainan, dewasa dengan bekerja hingga saat harus meninggalkan dunia ini.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H