Mohon tunggu...
Sutiono Gunadi
Sutiono Gunadi Mohon Tunggu... Purna tugas - Blogger

Born in Semarang, travel-food-hotel writer. Movies, ICT, Environment and HIV/AIDS observer. Email : sutiono2000@yahoo.com, Trip Advisor Level 6 Contributor.

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

Mengantisipasi Quiet Quitting

23 September 2022   05:00 Diperbarui: 23 September 2022   05:06 365
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dunia kerja (sumber: kompas.com)

Apakah di tempat kerja kita terdapat karyawan yang menerapkan "quiet quitting" ? Quiet quitting adalah sikap seorang karyawan yang bekerja sekedarnya, kasarnya hanya sesuai deskripsi kerja (job description) dan sesuai yang diinginkannya saja. 

Bila mendapatkan tugas baru yang menantang dari atasannya selalu menolak, apalagi bila harus dilakukan setelah jam kerja, atau harus lembur. Tanpa mendapat upah lembur lagi.

Ini adalah sikap yang kurang tepat. Adalah hak bagi karyawan iuntuk bekerja sesuai deskripsi kerja saja. Namun hak atasan juga untuk mencoba menilai kemampuan karyawannya bila dianggap memiliki kapanilitas. Diberi tugas tambahan, dalam arti bila sanggup, karyawan itu dapat dipromosikan ke jenjang jabatan yang lebih tinggi.

Biasanya hal ini diterapkan pada karyawan baru, atau bila ada karyawan lama yang mengundurkan diri, lalu belum mendapatkan penggantinya atau ada pekerjaan peting sedangkan staff sedang sakit atau cutie kerja.

Mengapa kita sebaiknya mau melaksanakan tugas tambahan dan tidak bersikap "quiet quitting" ?

Karena saat bekerja, kita tentu ingin memiliki peningkatan dalam jabatan. Bila pertama kali bekerja sebagai office boy, tentu ingin suatu hari dipromosikan menjadi staff. Pekerjaan office boy tentunya hanya membersihkan tempat kerja, menyediakan minum bagi staff dan kadang-kadang membelikan makan siang.  

Suatu saat, manager keuangan meminta kita ke Bank untuk menyetorkan giro atau menarik uang tunai, sebaiknya tugas ini diterima. Yang peting harus berhati-hati dan melaksanakan tugas sebaik-baiknya. 

Bila manager keuangan merasa puas, ada prluang bagi kita untuk mendapatkan promosi menjadi staff pada divisi keuangan. Yang peting bekerjalah secara jujur.

Bila kita menolak tugas baru dari manager keuangan ini, memang  kita benar, karena pergi ke Bank adalah bukan tugas seorang office boy.

Dampak dari sikap "quiet quitting" adalah 'quiet firing". Kita dapat sewaktu-waktu terkena pemutusan hubungan kerja. Lho, kita khan tidak  bersalah ? 

Ya benar, kita tidak bersalah, namun bila terjadi kondisi penurunan kinerja di tempat kerja, sehingga harus dilakukan pengurangan karyawan, maka manager akan mempertahankan karyawan yang cakap bekerja saja ditambah karyawan yang mau melaksanakan tugas tambahan, karena dinilai berpotensi untuk dikembangkan. 

Karyawan yang bersikap "quiet quitting" biasanya kurang disukai, karena dianggap terlalu pasif dan sulit diajak maju sehingga menjadi prioritas untuk digeser, meski tidak mempunyai kesalahan.

Jadi, hati-hatilah, selain harus cakap bekerja, kita juga harus ringan tangan dengan senang hati melaksanakan tugas-tugas tambahan agar mendapatkan nilai tambah di mata atasan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun